REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Indonesia memiliki keunikan yang tak dimiliki negara lain di dunia, berupa 1.300-an suku bangsa dan 700-an bahasa.
Keragaman itu merupakan potensi Indonesia untuk menjadi negara yang maju, namun di sisi lain bisa menjadi bencana bila bangsa Indonesia tak bisa mengelolanya.
Pemikiran tersebut dilontarkan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Singgih Januratmoko di depan para 60 peserta “Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama” di wilayah kabupaten Sukoharjo dan Klaten. Kegiatan yang berlangsung pada 17-22 Maret 2024 itu, dihelat oleh Balai Diklat Keagamaan Semarang.
“Namun ada saja pihak-pihak yang mengetahui kerentanan persatuan bangsa yang terdiri dari suku, agama, dan ras ini. Apalagi persoalan agama yang sangat sensitif. Akibatnya, bukan hanya antaragama yang diadu domba, bahkan sesama agama itu sendiri,” ujar Singgih, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (18/3/2025).
Umat Islam di Indonesia menurut Singgih secara organisasi menyalurkan aspirasinya kepada ormas-ormas Islam yang berbeda-beda.
Dia pun melihat, warga ormas-ormas Islam itu bisa menjaga persatuan dan kesatuan. “Umat Islam sudah cerdas dalam menyikapi perbedaan, tapi sebaliknya ada saja oknum elit atau pimpinan ormas keagamaan yang tidak memiliki mentalitas memelihara persatuan dan kesatuan bangsa,” tegas Singgih.
Menurutnya, dalam kehidupan demokrasi pada era Reformasi, sudah tidak relevan lagi otoritas ormas keagamaan menyerang ormas keagamaan lainnya, “Apalagi satu keyakinan. Ini bisa jadi upaya membenturkan anak bangsa dan menciptakan kegelisahan dan kegaduhan di tengah umat,” papar Singgih.
Senada dengan Singgih, Kepala Diklat Keagamaan Semarang, Muchammad Toha menekankan pentingnya para penyuluh agama menegakkan moderasi beragama di tengah masyarakat, untuk menjaga eksistensi negara kesatuan Republik Indonesia.
“Bangsa Indonesia ini kaya keragaman dan tak ada satupun negara di dunia yang multietnik dan multiagama seperti Indonesia. Eropa yang nyaris satu ras tak mampu mendirikan negara,” papar Toha.
BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun
Menurutnya, fenomena perselisihan agama di Indonesia bukan hanya terjadi antaragama tapi internal agama itu sendiri, “Saya menemukan perselisihan ini bukan hanya dalam agama Islam, melainkan Hindu, Budha, Kristen, dan Katolik,” ungkapnya.
Dia pun meminta, moderasi beragama ini terus digelorakan di tengah masyarakat. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pasalnya, aktor-aktor pemecah-belah bangsa ini berasal dari mancanegara yang tidak ingin Indonesia menjadi bangsa yang besar dan maju.
