REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Prof Nasaruddin Umar meresmikan pemancangan perdana Masjid Al Ikhlas di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Jakarta Utara, Jumat, (7/3/2025). Sebelum meresmikan, Nasaruddin juga sempat menjadi khatib sholat Jumat di lokasi pembangunan masjid ini.
Dalam khutbahnya, Nasaruddin menyampaikan tentang pentingnya fungsi masjid sebagai tempat ibadah sekaligus tempat yang membawa keberkahan bagi umat di sekitarnya.
Masjid Al Ikhlas akan dibangun di atas lahan seluas 2.400 meter persegi dengan kapasitas sekitar 600 jemaah. Arsitektur masjid mengusung konsep Islamic Classical yang terinspirasi dari era Ottoman, menggabungkan fungsi ibadah dengan aspek bisnis untuk keberlanjutan ekonomi masjid.
Biaya konstruksi diperkirakan mencapai Rp 45 miliar, dengan target penyelesaian akhir tahun 2025. Ke depan, Agung Sedayu Group juga berencana membangun masjid yang lebih besar dengan kapasitas 5.000 jamaah, yang diharapkan rampung pada akhir 2026.
Menurut Nasaruddin, di masjid ini lah umat Islam bisa menundukkan diri di hadapan Allah SWT. "Kita berada di cikal bakal masjid, Allah menjanjikan keberkahan di sekitar masjid. Masjid adalah tempat untuk menundukkan keangkuhan dan kesombongan kita di hadapan Allah," ujar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ini.
Dia menjelaskan, fungsi rumah ibadah adalah untuk menundukkan diri di hadapan Tuhan. Sebagai tempat sujud bagi umat Islam, masjid juga berperan dalam menciptakan energi positif bagi jamaah yang hadir.
Dia pun mengingatkan bahwa masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW memiliki peran yang lebih besar dari sekadar tempat ibadah.
"Rasulullah membangun masjid bukan hanya untuk ibadah. Hanya 20 persen dari fungsi masjid yang digunakan untuk ibadah, sementara 80 persen lainnya digunakan untuk pemberdayaan jamaah," ucap Nasaruddin.
Dia menambahkan, masjid juga harus menjadi tempat untuk memperkuat umat. Dia pun menekankan pentingnya pemberdayaan umat agar masjid dapat memberikan manfaat yang lebih luas.
Nasaruddin berharap Masjid Al Ikhlas, seperti masjid yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW, tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, baik umat Islam maupun non-Muslim.
"Pada masa Rasulullah masjid bisa menjadi tempat pertemuan, pertunjukan seni, pelatihan bela diri, bahkan tempat untuk merencanakan strategi perang," kata dia.
Nasaruddin juga menekankan pentingnya perekonomian yang berbasis masjid. "Saudagar bisa menjual dagangannya di sekitar masjid. Kalau saja semua masjid dan musalla membangun sistem perekonomian di masjid, umat Islam tidak akan ada yang miskin," ujar dia.
Dalam kesempatan ini, Nasaruddin juga mengungkapkan bahwa selain Masjid Al Ikhlas, akan dibangun dua masjid lainnya, yaitu Masjid Alkhaeriyah dan Masjid Agung As'adiyah.
"Dengan bertambahnya masjid, kita berharap akan ada penguatan umat dan semakin banyak keberkahan yang datang bagi kita semua," ucap Nasaruddin.
Sementara itu, Direktur Utama Agung Sedayu Group, Letjen (Purn) Nono Sampono menjelaskan, pembangunan Masjid Al-Ikhlas ini merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan fasilitas ibadah di kawasan PIK 1 dan 2 yang terus berkembang.
"Dengan bertambahnya populasi, kebutuhan tempat ibadah meningkat. Masjid yang sudah ada tidak lagi mencukupi, sehingga kami merasa perlu membangun masjid yang lebih besar," ujar Nono.
"Kami ingin menjadikan masjid ini sebagai ikon keagamaan yang menyejukkan di kawasan PIK," kata Nono.