Jumat 07 Mar 2025 09:57 WIB

Ibnu Abbas Tinggalkan Itikaf karena Masalah Ini

Upaya menunaikan hajat sesama Muslim lebih besar pahalanya dari itikaf sepuluh tahun.

Ratusan peserta itikaf mendirikan tenda untuk mengikuti itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan 1445 H di Masjid Raya Habiburrahman PTDI, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (31/3/2024). Dalam kegiatan untuk meraih keutamaan malam lailatul qadar ini, peserta melaksanakan berbagai kegiatan ibadah khususnya membaca Alquran. Acara berlangsung dari 31 Maret hingga 9 April 2024.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Ratusan peserta itikaf mendirikan tenda untuk mengikuti itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan 1445 H di Masjid Raya Habiburrahman PTDI, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (31/3/2024). Dalam kegiatan untuk meraih keutamaan malam lailatul qadar ini, peserta melaksanakan berbagai kegiatan ibadah khususnya membaca Alquran. Acara berlangsung dari 31 Maret hingga 9 April 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, Itikaf merupakan salah satu ibadah sunah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Selama sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW kerap berada di masjid untuk fokus beribadah. Menjelang akhir hayatnya, Nabi bahkan beritikaf hingga dua puluh hari terakhir Ramadhan.

Meski demikian, salah seorang sahabat yang juga pamanda Rasulullah SAW pernah memutuskan untuk berhenti beritikaf. Hal ini terekam dalam sebuah hadits riwayat Imam Thabrani.

Baca Juga

“Dari Ibnu Abbas ra, bahwa ia sedang beritikaf di masjid Rasulullah SAW. Lalu seseorang datang dan memberi salam kepadanya kemudian ia duduk. Ibnu Abbas ra bertanya, “Wahai fulan, aku melihatmu sedang bersedih.” “Benar wahai paman Rasulullah. Aku punya tanggungan utang kepada si Fulan. Demi kemuliaan penghuni kubur ini (kubur Nabi SAW), aku belum sanggup melunasinya,” jawab orang itu.

 

Ibnu Abbas ra berkata, “Bolehkah aku berbicara kepadanya mengenai dirimu?” Jawabnya, “Baik jika engkau bersedia.” Maka Ibnu Abbas ra segera mengenakan sandalnya dan keluar dari masjid. Orang itu menegurnya,”Apakah engkau lupa bahwa engkau sedang beitikaf?” Ibnu Abbas ra dengan berlinang air mata berkata,”Tidak, sesungguhnya aku telah mendengar penghuni kubur ini (Rasulullah SAW) bersabda dan masih segar dalam ingatanku bahwa barang siapa yang pergi demi menunaikan hajat saudaranya dan sungguh-sungguh berusaha, maka itu lebih baik baginya daripada itikaf sepuluh tahun. Dan barang siapa itikaf sehari karena mengharap ridha Allah, maka Allah akan menjauhkan antara dirinya dan api neraka sejauh tiga parit. Dan jarak keduanya lebih jauh daripada jarak bumi dan langit. (HR Thabrani).

Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi Rah.a. dalam Himpunan Fadhilah Amal menjelaskan, upaya untuk menunaikah hajat sesama Muslim lebih besar pahalanya dari sepuluh tahun itikaf. Atas dasar ini, Ibnu Abbas Ra menghentikan itikafnya karena dia kemudian dapat melanjutkannya.

Apa yang dilakukan oleh Ibnu Abbas dengan meninggalkan itikafnya demi menolong sahabatnya sama seperti kejadian dalam pertempuran. Seorang sahabat yang kehausan yang hampir mengakibatkan kematiannya namun tidak meminum air yang disediakan untuknya karena di sebelahnya ada seorang sahabat lain yang dalam keadaan haus.

Ia pun mengutamakan sahabatnya itu ketimbang kepentingannya sendiri. Menurut dia, Ibnu Abbas kemungkinan sedang beritikaf nafil (itikaf tanpa batasan waktu dan hari) sehingga dibolehkan menghentikan itikafnya.

photo
Ratusan peserta itikaf mendirikan tenda untuk mengikuti itikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan 1445 H di Masjid Raya Habiburrahman PTDI, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (31/3/2024). Dalam kegiatan untuk meraih keutamaan malam lailatul qadar ini, peserta melaksanakan berbagai kegiatan ibadah khususnya membaca Alquran. Acara berlangsung dari 31 Maret hingga 9 April 2024. - (Edi Yusuf/Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement