Selasa 14 Jan 2025 14:16 WIB

Peraih Nobel Malala Desak Pemimpin Muslim untuk tak Akui Pemerintahan Taliban

Taliban mendapat sorotan dunia karena diskriminasi terhadap perempuan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2014, Malala Yousafzai.
Foto: EPA-EFE/Antonio Lacerda
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2014, Malala Yousafzai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai mendesak para pemimpin Muslim pada 12 Januari untuk tidak mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Dia juga meminta agar pemimpin Muslim bersikap atas serangan Taliban terhadap hak-hak perempuan Afghanistan.

"Jangan melegitimasi mereka," ujar Malala dilansir dari Ucanews, Selasa (14/1/2025).

Baca Juga

Hal ini disampaikan tokoh Muslimah berusia 27 tahun ini dalam acara pertemuan puncak yang difokuskan pada pendidikan anak perempuan di negara-negara Islam yang diadakan di ibu kota Pakistan, Islamabad.

Konferensi dua hari tersebut mempertemukan para menteri dan pejabat pendidikan dari puluhan negara berpenduduk mayoritas Muslim, yang didukung oleh Liga Muslim Dunia (MWL).

"Sebagai pemimpin Muslim, sekaranglah saatnya untuk menyuarakan pendapat Anda, menggunakan kekuatan Anda. Anda dapat menunjukkan kepemimpinan sejati. Anda dapat menunjukkan Islam sejati," ucap Malala.

Seperti diketahui, sejak kembali berkuasa pada 2021 lalu, pemerintah Taliban telah memberlakukan hukum Islam yang ketat yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebagai "apartheid gender."

Afghanistan adalah satu-satunya negara di dunia di mana anak perempuan dilarang mengenyam pendidikan di sekolah menengah dan universitas.

Menteri Pendidikan Pakistan, Khalid Maqbool Siddiqui mengatakan, delegasi dari pemerintahan Taliban Afghanistan tidak menghadiri acara tersebut meskipun diundang.

"Sederhananya, Taliban tidak melihat perempuan sebagai manusia," kata Malala dalam konferensi tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement