Selasa 14 Jan 2025 09:00 WIB

Titik Tolak Imam Hanafi Fokus ke Ilmu, bukan Berdagang

Imam Hanafi menjadi seorang pedagang sepanjang hayatnya.

Imam Hanafi menjadi seorang pedagang sepanjang hayatnya. Foto: Masjid Imam Hanafi di Baghdad, Irak.
Foto: wiki
Imam Hanafi menjadi seorang pedagang sepanjang hayatnya. Foto: Masjid Imam Hanafi di Baghdad, Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pada awalnya Imam Hanafi hanya fokus pada profesinya sebagai seorang pedagang. Ia sering ke pasar-pasar dan jarang pergi menemui para ulama.

Sampai suatu ketika ada ulama yang mengetahui kecerdasan dan kejeniusannya. Ulama tersebut tidak ingin Imam Hanafi menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk berdagang saja.

Baca Juga

Ia pun menasihati Imam Hanafi sering berguru kepada ulama sebagaimana ia sering pergi ke pasar. Imam Hanafi menceritakan:

"Suatu hari aku melintas di depan Amir Asy Sya'bi yang sedang duduk. Dia memanggilku dan menanyaiku, 'Mau ke mana?"

"Ke pasar," jawabku.

"Bukan, maksudku kepada siapa kamu belajar ilmu?'

"Aku jarang melakukannya."

"Jangan teruskan! Pelajarilah ilmu! kamu punya otak yang cerdas dan minat yang kuat."

"Karena terkesan oleh perkataan Asy Sya'bi, aku berhenti pergi ke pasar dan mulai fokus mempelajari ilmu, hingga aku menjadi seperti sekarang ini."

Imam Hanafi kemudian fokus berguru kepada para ulama dan sangat jarang pergi ke pasar. Namun, hal ini tak berarti ia meninggalkan profesi pedagang secara total. Semabali menjalani profesinya sebagai pedagang, Imam Hanafi berusaka keras memahami nash, menetapkan kaidah, dan menyimpulkan hukum.

Untuk diketahui, sebelum berguru kepada ulama, Imam Hanafi adalah seorang pedagang karena ayahnya seorang pedagang. Dan, ia tetap menjalani profesinya ini seumur hidupnya.

Profesi pedagang ini membuatnya mahir membuat kaidah-kaidah fikih yang terkait dengan perdagangan berdasarkan dalil-dalil agama yang kuat. Abu Bakas Ash Shiddiq RA adalh teladan Imam Hanafi dalam berdagang, bergaul, bertakwa, dan mencari keuntungan yang halal.

 

Imam Hanafi lahir pada tahun 80 Hijriyah (H) bertepatan dengan 699 Masehi (M) di sebuah kota bernama Kufah. Sejatinya, nama Imam Hanafi adalah Nu'man bin Tsabit bin Marzaban Al-Farisi yang bergelar Al-Imam Al-A'zham.

Saat masih kecil, Imam Hanafi biasa ikut rombongan pedagang minyak dan kain sutra. Bahkan, dia memiliki toko untuk berdagang kain.

Dalam perjalanan waktu, Imam Hanafi yang dikenal sebagai orang yang haus akan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu agama, menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu fikih dan menguasai bebagai bidang ilmu agama lain, seperti ilmu tauhid, ilmu kalam, ilmu hadis, serta ilmu kesusasteraan dan hikmah. Tak sebatas menguasai banyak ilmu, ia juga dikenal dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial keagamaan yang rumit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement