REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nailah binti al-Farafishah adalah seorang istri Utsman bin Affan, pemimpin yang ketiga dalam era Khulafaur rasyidin. Pasangan ini dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Maryam.
Nailah setia mendampingi Utsman bin Affan. Ia bahkan menjadi tameng bagi suaminya ketika gerombolan pemberontak menyerbu rumah sang khalifah.
Seperti dituturkan Dr Said bin 'Abdul 'Azhim dalam buku Mu'asyarah bil Ma'ruf, peristiwa yang berujung pada gugurnya Utsman bin Affan itu terjadi pada tahun 35 Hijriyah. Pada malam itu, para pemberontak serempak mendatangi rumah sang khalifah dengan membawa pedang.
Mereka bertujuan membunuh sahabat Rasulullah SAW yang berjulukan Dzun Nurain itu. Di dalam rumah, Nailah binti al-Farafishah dengan sigap melawan mereka.
Muslimah ini berusaha agar orang-orang yang tersulut api fitnah tersebut jangan sampai mendekati Utsman, yang saat itu sedang berada dalam kamar dan membaca Alquran.
Adalah kebiasaan sang Dzun Nurain untuk membaca Alquran kapanpun dirinya dilanda kesedihan dan kerisauan. Baginya, Kitabullah adalah penyembuh (asy-syifa).
Gerombolan orang yang menyerbu kediaman Utsman begitu ganas. Pada akhirnya, sejumlah pemberontak itu berhasil masuk ke dalam rumah sang khalifah. Mereka juga mendobrak pintu kamar dan mendapati amirul mukmin sedang tadarus Alquran.
Tanpa pikir panjang, orang-orang itu menghunuskan pedangnya ke tubuh Utsman. Seketika, darah menetes ke mushaf yang sedang dibaca khalifah tersebut. Darah yang mengucur dari tubuh sang amirul mukminin jatuh tepat pada surah al-Baqarah ayat ke-137, yang artinya, "Maka Allah memelihara engkau dari mereka."
Nailah tidak tinggal diam. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha mencegah orang-orang agar segera menjauh dari suaminya. Bahkan, beberapa kali perempuan ini berupaya merebut pedang yang dibawa gerombolan itu.
View this post on Instagram
Namun, seorang pemberontak lantas mengayunkan pedangnya. Dalam sekejap, benda tajam itu memutus jari jemari Nailah. Meskipun begitu, istri Utsman bin Affan ini tidak menyerah untuk terus melindungi tubuh sang suami dari sabetan pedang mereka.
Jeritan Nailah tampaknya tak mampu meluluhkan hati para pemberontak. Khalifah Utsman masih saja diserang, hingga akhirnya tak bernyawa.
Tidak puas dengan itu, gerombolan barbar ini lantas menyeret tubuh Utsman. Nailah berusaha menghentikan mereka, tetapi ia justru ditendang dengan keras. Maryam, sang putri Utsman dan Nailah, juga tidak luput dari siksaan. Gadis ini diinjak-injak para penjahat keji.
Sang istri lalu menghampiri dan memeluk tubuh sang khalifah dengan deraian air mata. Kepada orang-orang keji tersebut, Nailah berkata, "Mengapa kalian membunuh Khalifah? Padahal beliau adalah orang yang menghidupkan malam dengan Alquran dan banyak rakaat!"