Kamis 02 Jan 2025 13:55 WIB

Amal tanpa Guna

Muslim harus berupaya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat.

ILUSTRASI Muslim harus berupaya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat.
Foto: Karta/Republika
ILUSTRASI Muslim harus berupaya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, "Termasuk dari kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya" (HR Tirmidzi).

Hadis ini merupakan salah satu pokok dari beberapa ketentuan adab seorang Muslim. Maksud hadis ini sangatlah jelas bahwa meninggalkan segala hal yang tidak mendatangkan manfaat baik ucapan maupun perbuatan adalah termasuk tanda kesempurnaan kualitas keislaman seorang hamba.

Baca Juga

Perlu diketahui di sini bahwa makna meninggalkan yang tidak bermanfaat dalam hadis tersebut bukan dipahami bermanfaat sesuai dengan hukum hawa nafsu, namun disesuaikan dengan hukum Islam. Oleh karenanya Rasulullah SAW menegaskan dengan kalimat min husni islamil mar'i (termasuk dari kebaikan keislaman seseorang).

Jika kualitas keislaman seorang hamba semakin baik, maka dampak yang ditimbulkan adalah dorongan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat juga semakin tinggi. Hal yang tidak bermanfaat itu bisa berupa sesuatu yang diharamkan Allah SWT dan Rasul-Nya, yang masih dalam kategori syubhat, makruh, atau pun berlebih-lebihan.

Seiring dengan kualitas keislaman yang semakin baik, pada gilirannya akan melahirkan rasa malu kepada Allah SWT. Dengan rasa malu itulah seseorang akan senantiasa memperelok dirinya dengan hiasan amalan yang baik dan meninggalkan segala perbuatan yang memalukan di hadapan Allah SWT.

Ibnu Rajab Al-Hanbali menulis, ada orang bijak yang mengatakan, "Malulah kamu kepada Allah SWT karena kedekatan-Nya darimu dan takutlah kamu kepada Allah SWT karena kuasa-Nya atasmu. Jika kamu berbicara maka ingatlah bahwa Allah SWT mendengar ucapanmu dan jika kamu diam maka ingatlah bahwa Allah SWT melihatmu."

Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (QS Qaaf [50]: 16-18).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Ahmad Faisal Hamdan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement