Ahad 22 Dec 2024 18:00 WIB

Tel Aviv Kembali Dibombardir, Israel Dilaporkan tak Siap Hadapi Serangan Houthi

Militer Israel dilaporkan mengalami kesulitan cukup besar menanggapi serangan Houthi.

Tel Aviv usai terkena bom (Ilustrasi).
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Tel Aviv usai terkena bom (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV — Israel dinilai harus menghadapi tantangan berat dalam melawan serangan rudal dan pesawat drone yang diluncurkan oleh gerakan Houthi Ansarallah Yaman sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023, surat kabar Israel Maariv melaporkan Sabtu (21/12/2024).

Insiden terbaru terjadi pada Sabtu pagi ketika rudal balistik yang ditembakkan oleh Angkatan Bersenjata Yaman, yang berafiliasi dengan Ansarallah, menghantam ibu kota Israel, Tel Aviv. Serangan tersebut dilaporkan melukai 30 orang, seperti yang dilaporkan oleh sumber-sumber Israel. Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Baca Juga

Menurut Maariv, kelompok Yaman tersebut telah meluncurkan lebih dari 200 rudal balistik dan 170 pesawat nirawak ke sasaran-sasaran Israel, yang memberikan tekanan berat pada kemampuan pertahanan Israel.

“Sebagian besar rudal dan pesawat nirawak dicegat oleh Amerika dan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Israel tidak siap dalam hal intelijen dan diplomasi untuk menghadapi ancaman dari Houthi (Ansarallah – PC) dari Yaman,” kata laporan itu.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa sistem pertahanan Israel, termasuk Iron Dome dan sistem pertahanan udara lainnya, telah berjuang untuk beradaptasi dengan ancaman yang terus berkembang yang ditimbulkan Houthi.

Artikel itu menekankan, militer Israel mengalami kesulitan yang cukup besar baik dalam mempertahankan diri maupun dalam menanggapi serangan tersebut. Maariv lebih lanjut mengkritik kesiapan Israel, dengan menyatakan bahwa negara itu tidak siap menghadapi ancaman yang ditimbulkan Houthi.

"Hal yang menyedihkan tentang semua ini adalah bahwa Israel tidak merumuskan rencana nyata untuk menghadapi ancaman dari timur," kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa skenario yang sama juga terjadi di utara, di mana selama lebih dari setahun pemerintah Israel menormalkan penembakan dari Lebanon.

Maariv juga mengatakan bahwa upaya pembalasan Israel, termasuk serangan udara terhadap infrastruktur sipil di Yaman, sebagian besar dianggap sebagai tindakan simbolis yang dimaksudkan untuk hubungan masyarakat.

Kegagalan sistem pertahanan udara Israel secara khusus dikritik. Maariv melaporkan bahwa sistem pertahanan rudal ‘Arrow’, garis pertahanan utama Israel terhadap rudal balistik, gagal empat kali berturut-turut untuk mencegat rudal, termasuk tiga yang diluncurkan dari Yaman dan satu dari Lebanon.

Sebagai bentuk solidaritas dengan Gaza, yang telah mengalami perang genosida Israel sejak 7 Oktober 2023, gerakan Ansarallah telah menargetkan kapal kargo Israel dan kapal-kapal yang terkait dengan Tel Aviv di Laut Merah. Kelompok tersebut telah menyatakan tekadnya untuk melanjutkan operasi hingga genosida Israel di Gaza berhenti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement