REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Tak banyak yang tahu pasti mengenai siapa sebenarnya nabi yang dikisahkan di dalam Alquran sebagai guru Nabi Musa AS. Kitab az-Zahrun Nadhir fi Naba'il Khadir karya Ibnu Hajar al-Asqalani dilatarbe lakangi oleh seringnya orang-orang saat itu yang mengatakan bahwa Nabi Khidir masih hidup dan diberi umur panjang.
Pada kisah yang tersebar di kalangan masyarakat, diceritakan bahwa Nabi Khidir mendatangi, berbicara, dan mengajar beberapa orang saat itu. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani melalui karyanya ingin menjelaskan secara benar terkait persoalan yang sesungguhnya.
Kitab ini mengupas siapa sebenarnya nabi misterius yang kemudian dikenal dengan nama Khidir ini. Alquran hanya menyampaikan kisah perjalanan nya yang nyelenehtetapi syarat dengan hikmah ketika bersama Nabi Musa.
Alquran juga tak pernah secara jelas menyebutkan siapa nama sebe narnya, apalagi asal-usul keluarganya.
Nabi Khidir hanya disebutkan oleh Allah sebagai, Seorang hamba di antara hamba-hamba Kami yang telah di berikan rahmat dari sisi Kami dan te lah Kami ajarkan ilmu dari sisi Kami. (QS al-Kahfi).
Lalu, mengapa penyebutan `seorang hamba' itu diasosiasikan kepada Nabi Khidir? Apa arti nama Khidir? Benarkah ia seorang nabi atau hanya seorang wali? Apa saja peran dan pengaruhnya? Dan sejumlah kisah lain nya yang hingga kini masih misterius di kalangan masyarakat Islam.
Kitab karya Ibnu Hajar al-Asqalani ini berupaya mengupas sosok Nabi Khidir melalui pengujian terhadap hadis-hadis yang berkenaan dengannya berikut sumber-sumbernya.
Ibnu Hajar al-Asqalani juga memaparkan secara komprehensif dan kritis berbagai macam dalil dan pendapat yang berbeda-beda tentang sosok Nabi Khidir. Sebuah sumbangan ilmiah yang sangat berharga untuk siapa pun yang penasaran dengan sosok nabi misterius ini.
Kini, kitab itu sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk Indonesia. Dalam terjemahan bahasa Indonesia, kitab ini diberi judul Misteri Nabi Khidiryang dilengkapi dengan nasihat dan doa-doa Nabi Khidir.
Selain itu, kitab ini juga dilengkapi dengan dalil-dalil yang dijadikan sandaran oleh orang-orang yang meyakini Nabi Khidir masih hidup. Buku ini mematahkan argumentasi-argumentasi mereka.
Salah satu kekuatan utama dari kitab ini adalah menyebutkan banyak sumber referensi ulama terkemuka. Misalnya, seperti banyak dinukil pendapat Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim.
Kekuatan lain dari buku ini adalah dilengkapi dengan pendapat sejarawan Muslim terkenal, seperti Ibnu Jarir ath- Thabari dan lainnya. Kitab ini juga menjelaskan beberapa riwayat yang berkaitan erat dengan garis keturunan Nabi Khidir.
Pertama, pendapat yang menga takan bahwa Nabi Khidir adalah putra Nabi Adam AS.Pendapat ini disampai kan oleh Daruquthni di dalam karya nya berjudul al-Afrad dari jalur Raw wad bin Jarah.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Khidir adalah putra Qabil bin Adam AS. Pernyataan ini pernah dikatakan oleh Abu Hatim as-Sijistani dalam kitab al-Mu'ammarin.
As-Sijistani mengatakan, Kami mendapati kisah ini dari guru-guru kami, salah satunya Abu Ubaidah. Abu Hatim as-Sijistani menambahkan penjelasannya bahwa nama asli Khidir adalah Khadirun.
Ketiga, pendapat yang disampaikan oleh Wahhab bin Munabbih. Me nurut dia, nama asli dan garis keturuan Khidir adalah Balya bin Mulkan bin Qali bin Syalikh bin `Abir bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.
Pendapat ini diamini oleh Ibnu Qutaibah dan an-Nawawi. Namun, an- Nawawi menambahkan, ada beberapa orang yang menyebut bahwa ia adalah Kilman bukan Mulkan.
Keempat, pendapat yang disampaikan oleh Ismail bin Abi Uwais. Ia mengatakan, Khidir adalah Mu'ammar bin Malik bin Abdullah bin Nash bin al-Azad.
Ada pula yang mengatakan bahwa nama aslinya adalah `Amir, sebagaimana diceritakan oleh Abu al-Khattab bin Dihyah, yang bersumber dari Ibnu Habib al-Baghdadi.
Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa Khidir adalah putra Ama nil bin Nur bin al-`Ish bin Ishaq. Pendapat ini diungkapkan oleh Ibnu Qutaibah. Sementara, menurut Muqatil, ayahnya bernama `Amil.