Selasa 03 Dec 2024 05:27 WIB
Lipsus Hari Disabilitas Internasional 2024

Langkanya Guru Mengaji Alquran Braille

Indonesia idealnya butuh dua juta pengajar Alquran Braille.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Membaca Alquran Braille (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Membaca Alquran Braille (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2013 menjadi momentum tak terlupakan bagi Saifullah. Pada usianya yang ke-47, penglihatannya mulai hilang secara bertahap hingga mengalami kebutaan total.

Kehidupannya yang penuh semangat pun berubah drastis. Saifullah tak bisa lagi melihat wajah istri dan ketiga anaknya.Ia juga tak bisa lagi membaca Alquran seperti biasanya. Sejak saat itu, ia hanya mampu membaca beberapa ayat Alquran yang masih tertanam diingatannya. 

Baca Juga

Meskipun mengalami keterbatasan pengelihatan, pria yang akrab dipanggil Saiful ini tak mau menyerah. Di tengah keputusasaan untuk menerima kenyataan, Saiful masih tetap ingin belajar membaca Alquran.

Sayangnya, keinginan Saiful sulit terwujud. Warga Jatinegara, Jakarta Timur ini tak bisa menemukan guru mengaji yang bisa mengajarkan huruf  Alquran Braille berbentuk timbul sehingga bisa dibaca dengan cara diraba. “Saya tinggal di daerah Prumpung, tapi di sana tidak ada ustadz yang bisa mengajar Alquran Braille, sangat langka," ujar Saiful saat berbincang dengan Republika di Jakarta, Senin (25/11/2024). 

Awalnya, Saiful juga mengaku kebingunan untuk belajar membaca Alquran Braille. Hingga suatu waktu, ia mengantar anaknya untuk belajar mengaji di pesantren.

Ia pun dipertemukan dengan seorang ustadz. Meski ustadz tersebut juga tidak memiliki kemampuan membaca Alquran Braille, Saiful diajak untuk mengikuti sebuah perkumpulan yang mempelajari Alquran untuk disabilitas netra tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement