Jumat 22 Nov 2024 15:25 WIB

Suwuk Suluk Tombo Ati Menggema di Universitas Indonesia

Syair Tombo Ati dihidupkan kembali dengan lantunan penuh makna.

Penulis bersama kolega membawakan syair Tombo Ati
Foto: Dokpri
Penulis bersama kolega membawakan syair Tombo Ati

Oleh : Fathurrochman Karyadi*

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertunjukan seni sering kali menjadi medium yang efektif untuk menghubungkan manusia dengan akar budayanya. Seperti yang tampak dalam pertunjukan Suwuk Suluk Tombone Ati pada Kamis, 21 November 2024, yang digelar di Auditorium Gedung X Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).

Acara ini diawali dengan gelar wicara bertajuk“Dari Kekunoan Menuju Kekinian: Alih Media Manuskrip ke Berbagai Genre”. Hadir sebagai pembicara Handoko F. Zainsam, dan Dr. Ari Prasetiyo, S.S., M.Si, sementara Dr. Julianus Limbeng sebagai pembicara kunci, dan Dr. Munawar Holil, M.Hum memberikan sambutan atas nama Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa).

Baca Juga

Hasil kolaborasi Manassa dengan Dana Indonesiana, LPDP, Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa FIB UI, Rumah Naskah, serta Yayasan Warisan Naskah Nusantara (WARNA Nusantara) ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan sebuah edukasi dan perjalanan spiritual budaya Nusantara.

Dalam adegan awal Suwuk Suluk Tombone Ati, audiens disuguhkan dengan visualisasi Suluk Sasmita Susastra, sebuah kontemplasi rasa yang dirangkai oleh Handoko F. Zainsam dalam Suluk Nang Ning Nung.

Pertunjukan ini tidak hanya berhenti di wilayah estetika. Sebuah prosesi tawasul, penghormatan kepada leluhur, membuka ruang spiritual bagi audiens untuk merenungi keterhubungan dengan akar tradisi. Di sini, seni panggung berpadu dengan ritual, mengingatkan kita bahwa budaya lokal selalu mengandung kebijaksanaan universal yang tak lekang oleh waktu.

Puncak refleksi hadir melalui syair Tombo Ati, yang dihidupkan kembali dengan lantunan penuh makna. Penonton tidak hanya diajak menikmati keindahan musikal, tetapi juga menyelami sejarah panjang syair ini. Dari Arab hingga Persia, India, dan akhirnya Nusantara, Tombo Ati menjadi bukti nyata betapa tradisi adalah jembatan lintas peradaban.

Filosofi lima "obat hati" yang terkandung di dalamnya seakan menjadi penawar bagi kegelisahan manusia modern. Kelima itu ialah, membaca Alquran dengan tadabbur atau meresapi arti kandungannya, menjaga perut kosong dengan menahan lapar dan puasa, mendirikan shalat tahajjud di malam hari, berdoa di waktu sahur, dan bergaul dengan orang saleh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement