REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri dan anggota Majelis Hukama Muslimin (MHM), Prof M Quraish Shihab meluruskan tentang adanya kesalahpahaman tentang toleransi. Menurut dia, toleransi dianggap oleh sebagaian orang sebagai sikap mengalah.
"Ada orang salah paham tentang toleransi. Dikiranya toleransi itu mangalah," ujar Prof Quraish dalam dialog bertema "Peran Tokoh Agama dalam Merawat Kerukunan dan Menjaga Kelestarian Alam" yang digelar MHM di Jakarta Pusat, Senin (11/11/2024).
Padahal, lanjut dia, toleransi bukan berarti mengalah, melainkan seperti orang yang berjabatan tangan. “Anda mengulurkan tangan lalu memegang tangan orang lain. Saling menyentuh tangan. Sehingga manfaat toleransi dirasakan dua pihak. Jadi bukan mengalah. Kita berjalan seiring,” ucap Quraish.
Pakar tafsir Alquran ini pun menekankan bahwa perbedaan itu keniscayaan. Jika tidak berbeda, maka kita tidak bisa hidup. "Tuhan mau kita berbeda. Maka jangan jadikan perbedaan alasan untuk tidak bekerja sama,” kata lulusan Al Azhar Kairo Mesir ini.
Quraish menjelaskan, Majelis Hukama didirikan oleh Syekh Al Azhar bukan untuk memadamkan kebakaran tapi mencegah kebakaran. Salah satu kegiatan MHM adalah menyebarkan toleransi. Sebab, tanpa toleransi, bisa terjadi kebakaran.
“Kegiatan MHM lainnya adalah meluruskan kesalahpahaman, serta membangun kerja sama positif antar umat manusia,” kata dia.
Untuk diketahui, dialog ini digelar MHM dengan mengundang insan media untuk menjelaskan pentingnya menjaga toleransi dan kelestarian alam. Dialog digelar dalam rangka menyambut Hari Toleransi Internasional sekaligus menyongsong penyelenggaraan Conference of the Parties ke-29 (COP29) yang berlangsung di Baku, Azerbaijan.