REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Operasi militer Israel di Gaza utara telah membuat setidaknya 400.000 warga Palestina terjebak di wilayah tersebut, kata kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Rabu (9/10).
Tentara Israel melancarkan serangan baru di Gaza utara pada Minggu (6/10), dengan alasan bahwa operasi itu bertujuan untuk mencegah Hamas mendapatkan kembali kekuatan di wilayah tersebut.
Menurut saksi mata, tubuh-tubuh korban terlihat di jalanan di seluruh kamp pengungsi Jabalia, sementara pasukan Israel menghalangi tim medis untuk mencapai area tersebut.
"Setidaknya 400.000 orang terjebak di wilayah tersebut," kata Komisioner Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini dalam sebuah unggahan di platform X.
Ia juga mengatakan bahwa perintah evakuasi Israel yang terbaru "memaksa orang-orang untuk terus melarikan diri berulang kali, terutama dari Kamp Jabalia."
"Banyak yang menolak karena mereka tahu tidak ada tempat yang aman di Gaza."
Kepala UNRWA itu memperingatkan bahwa persediaan dasar di Gaza utara hampir habis.
"Kelaparan semakin meluas dan mendalam kembali," katanya.
"Tempat perlindungan dan layanan UNRWA terpaksa ditutup. Beberapa untuk pertama kalinya sejak perang dimulai."
Lazzarini juga memperingatkan bahwa serangan Israel mengancam pelaksanaan tahap kedua kampanye vaksinasi polio untuk anak-anak di Gaza utara.
"Anak-anak seperti biasa, adalah yang pertama dan paling menderita," katanya. "Mereka pantas mendapatkan yang lebih baik, mereka pantas mendapatkan gencatan senjata sekarang, mereka pantas mendapatkan masa depan."
Tahap pertama kampanye vaksinasi polio untuk anak-anak di seluruh Jalur Gaza berakhir pada 15 September.
Israel telah melanjutkan serangannya yang brutal di Jalur Gaza sejak serangan oleh kelompok Palestina Hamas tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Hampir 42.000 orang telah tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta lebih dari 97.300 orang lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel juga telah membuat hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang berlangsung, yang menyebabkan kekurangan parah bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel saat ini menghadapi gugatan genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di Gaza.