Kamis 10 Oct 2024 05:13 WIB

AS Kucurkan Rp 356 Triliun untuk Biayai Genosida Israel dalam Setahun

Angka ini hanya mencerminkan sebagian dari dukungan finansial yang diberikan oleh AS.

Tentara Israel bekerja di pengangkut personel lapis baja (APC) di Israel utara, Senin, 30 September 2024.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Tentara Israel bekerja di pengangkut personel lapis baja (APC) di Israel utara, Senin, 30 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Amerika Serikat menghabiskan sedikitnya 22,76 miliar dolar AS atau berkisar Rp 356 Triliun selama satu tahun untuk bantuan militer kepada Israel dan operasi AS di kawasan tersebut, demikian terungkap dalam sebuah laporan baru-baru ini.

Laporan yang diterbitkan oleh Watson Institute for International and Public Affairs itu menyoroti bahwa operasi terhadap Yaman saja menghabiskan biaya pemerintah AS sebesar 4,86 miliar dolar AS. Angka tersebut belum ditambah 2,1 miliar dolar AS yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran akibat harus mengubah rute atau membayar biaya yang besar, sehingga konsumen Amerika harus membayar harga produk yang lebih tinggi.

Baca Juga

Kucuran anggaran AS juga mencakup 17,9 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan keamanan yang disetujui Gedung Putih untuk operasi militer Israel di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah antara 7 Oktober 2023 hingga 30 September 2024. Meski demikian, menurut laporan tersebut, angka ini hanya mencerminkan sebagian dari dukungan finansial yang diberikan oleh AS untuk perang, tulis Al-Mayadeen.

Laporan tersebut mengingatkan kembali bahwa pemerintahan Biden telah melaksanakan lebih dari 100 kesepakatan senjata dengan Israel sejak Oktober 2023, yang masing-masing kesepakatan berada di bawah ambang batas yang mengharuskan pemberitahuan resmi kepada Kongres.

Sejak 7 Oktober, pengiriman peralatan militer ke Israel telah mencakup 57.000 peluru artileri, 36.000 butir amunisi meriam, 20.000 senapan M4A1, 13.981 rudal antitank, dan 8.700 bom Mk 82 seberat 500 pon, demikian laporan tersebut menekankan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement