Selasa 08 Oct 2024 15:33 WIB

Yahudi Tolak Kenabian Isa

Orang Yahudi tidak mengakui Isa AS sebagai nabi.

ILUSTRASI Nabi Isa akan turun di dekat menara sebuah masjid di Damaskus, Suriah atau Syam.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Nabi Isa akan turun di dekat menara sebuah masjid di Damaskus, Suriah atau Syam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum Yahudi tidak mengakui Isa bin Maryam sebagai nabi dan rasul Allah. Menurut riwayat dari Ibnu Jarir, pada suatu ketika sejumlah orang Yahudi bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang siapa saja para utusan Allah.

Rasulullah SAW menjawab, “Saya percaya kepada Allah dan apa-apa yang diturunkan kepada kami (para nabi) dan apa-apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ishaq, Yaqub, dan Asbat, dan apa-apa yang diberikan Allah kepada Musa, Isa, dan para nabi lainnya, tanpa membedakan antara mereka. Kami berserah diri kepada-Nya."

Baca Juga

Ketika Nabi SAW menyebut nama Isa, orang-orang Yahudi itu langsung menyela.

Mereka berkata, “Kami tidak percaya kepada orang yang percaya kepada Isa!"

Maka turunlah wahyu, yakni surah al-Maidah ayat ke-59.

قُلۡ يٰۤـاَهۡلَ الۡـكِتٰبِ هَلۡ تَـنۡقِمُوۡنَ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَـيۡنَا وَمَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَاَنَّ اَكۡثَرَكُمۡ فٰسِقُوۡنَ

"Katakanlah, 'Wahai Ahli Kitab! Apakah kamu memandang kami salah, hanya karena kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya? Sungguh, kebanyakan dari kamu adalah orang-orang yang fasik.'"

Ayat ini memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad SAW supaya membantah orang-orang Ahli Kitab (Yahudi) dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut, “Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang salah, membenci dan menghina kami, hanya lantaran kami beriman kepada Allah dan kepada yang diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya yang dahulu? Kami tidak berbuat selain dari itu, karena tidak ada alasan yang pantas bagi kamu untuk menyalahkan dan membenci kami, selain karena kebanyakan kamu memang sudah menjadi orang-orang yang fasik.”

Bantahan ini pada hakikatnya tidak dapat dijawab oleh orang Yahudi selain bersikap acuh tak acuh dan terus mengejek dan menghina agama Islam dan kaum Muslimin. Oleh karena itu Allah menurunkan lagi ayat berikut ini untuk memberikan bantahan yang lebih keras, sehingga mereka semua diam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ هَلْ اُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗمَنْ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ اُولٰۤىِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ

"Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang sesuatu yang lebih buruk pembalasannya daripada itu di sisi Allah? (Yaitu balasan) orang yang dilaknat dan dimurkai Allah (yang) di antara mereka Dia jadikan kera dan babi. (Di antara mereka ada pula yang) menyembah Tagut.' Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus" (QS al-Maidah: 60).

Ayat ini dalam rangkaian petunjuk Allah kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW untuk memberikan bantahan kepada Ahli Kitab (kaum Yahudi) sebagaimana yang diuraikan pada ayat 59.

Riwayat Ibnu Abbas menceritakan, bahwa peristiwa pelanggaran kehormatan hari Sabat (Sabtu) itu telah menimbulkan dua macam kejadian bagi kaum Yahudi. Kejadian pertama ialah orang-orang muda berubah menjadi kera. Kejadian kedua, orang-orang tua menjadi babi. Selanjutnya Allah menyuruh Rasul-Nya untuk menyampaikan bahwa mereka inilah yang lebih buruk tempatnya di akhirat dan sesat dari jalan yang benar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement