Senin 07 Oct 2024 15:24 WIB

Setahun Thaufanul Aqsha, MUI: Israel tak Bisa Tutupi Kejahatannya

Tepat setahun Hamas menyerang Israel melalui operasi badai Al Aqsa.

 Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim
Foto: Dok. Istimewa
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 7 Oktober 2024 tepat satu tahun serangan yang dilancarkan oleh Hamas terhadap Israel. Serangan ini merupakan tindakan perlawanan melanjutkan perlawanan-perlawanan yang dilancarkan sebelumnya kepada Israel semenjak pengusiran besar-besaran penduduk Palestina yang dikenal sebagai Yaum an-Naqbah dan Israel menduduki Palestina tahun 1948.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnorto Abdul Hakim mengatakan, perlawanan terhadap penjajahan adalah sah dan itu dilakukan di mana-mana, termasuk di Indonesia. Semenjak 7 Oktober 2023 itu, menurut dia, kebusukan, kebobrokan moral dan kejahatan Israel semakin terbuka secara kasat mata di pentas internasional.

Baca Juga

"Perhari ini, genosida terus dilakukan bahkan diekskalasi hingga Lebanon Selatan oleh Israel. Israel tidak lagi bisa bersembunyi dan menutupi dari segala bentuk kejahatan besarnya," ujar Prof Sudarnoto kepada Republika.co.id, Senin (7/10/2024).

Dia menuturkan, sejak 1948 Israel adalah agresor, imperialis dan teroris terbesar abad 20 dan 21 dan memperoleh dukungan kuat dari Yahudi ekstrem. Kombinasi kekuatan politik, diplomasi, militer, ekonomi, dan teknologi didedikasikan untuk menghabisi Palestina dan pada waktunya akan menggantikannya dengan Israel Raya.

"Missi ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Amerika secara penuh memberikan dukungan politik, diplomasi, militer, ekonomi dan bahkan ideologi Evangelisme Amerika untuk kejayaan Israel," ucap Prof Sudarnoto.

Dia mengatakan, Imperialisme-Yahudi ekstrem Israel yang memperoleh dukungan penuh dari spirit imperialisme-Evangelisme Amerika semakin menyempurnakan pandangan dunia bahwa Israel dan Amerika adalah musuh kemanusiaan bersama, penghancur keadilan global dan perusak hukum internasional.

Atas semua kejahatan yang telah dipertontonkan secara global, lanjut dia, Israel dan Amerika saat ini juga sudah mulai memperoleh pengucilan  politik dan diplomasi secara global yang sangat serius selama satu tahun ini. Kebangkrutan moral para pemimpin politik-milter Israel dan Amerika juga sudah terasa dan ini akan mengeroposkan Israel dan Amerika.

"Mereka akan jatuh atas kegilaan dan kebrutalan mereka. Jika Amerika dan Israel tidak mau mekakukan langkah maju untuk perdamaian, maka Amerika dan Israel akan hancur," kata Prof Sudarnoto.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, perjuangan pembelaan terhadap Palestina sudah memperoleh hasilnya meskipun masih perlu disempurnakan, sehingga Palestina benar-benar merdeka dan berdaulat dan Israel menarik mundur dari Palestina dan Lebanon. Keberhasilan itu antara lain ditandai dengan dukungan lebih dari 2/3 negara anggauta PBB yang sudah mengakui negara Palestina.

"Dan Palestina saat ini sudah bisa mengikuti sidang PBB dan mempunyai hak bersuara sebagaimana negara-negara lainnya," jelas dia.

Keberhasilan lainnya, lanjut dia, sudah terbitnya Fatwa Mahkamah Internasional (international court of justice/ICJ) terkait dengan okupasi dan genosia Israel. Tinggal satu langkah lagi, yaitu Dewan Keamanan PBB memberikan keputusan hukum dan politik yang mengikat atas Fatwa  (advisory opinion) ICJ sehingga Israel segera bisa diberi sanksi secara internasional dan Netanyahu dan lain-lainnya segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.

"Ini belum pernah terjadi dalam sejarah perjuangan Palestina. Kemudian dukungan masyarakat internasional kepada Palestina yang semakin kuat juga menjadi bukti perjuangan untuk Palestina sudah mulai menuai hasil, tinggal disempurnakan lagi," ujar dia.

Namun, menurut Prof Sudarnoto, semua negara pembela dan pendukung Palestina kini perlu segera melakukan konsolidasi menyepakati langkah-langkah yang lebih terukur dan diambil untuk melindungi sekaligus menghentikan pembunuhan dan penghancuran yang dilakukan Israel terhadap warga sipil.

"Dalam waktu yang bersamaan diperlukan kekuatan yang efektif yang bisa memaksa Israel untuk menerima gencatan senjata secara permanen," ucap Prof Sudarnoto.

Dia menambahkan, Indonesia ke depan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo dalam hari-hari pertama kepemimpinannya juga perlu meletakkan isu pembelaan terhadap Palestina ini sebagai program 100 hari pertama. Karena itu, kata dia, komunikasi dengan Amerika untuk meyakinkan agar tidak lagi memberikan dukungan kepada Israel sangat diperlukan.

Dalam kerangka mewujudkan dunia yang lebih damai dan menghapus segala bentuk penjajahan, kata dia, Amerika perlu diyakinkan oleh Presiden baru agar tidak lagi memberikan dukungan kepada penjajah Israel dan tidak lagi memberikan veto di DK PBB. Menurut dia, Amerika harus bertanggung jawab dan terlibat secara konstuktif untuk menegakkan supremasi hukum internasional.

"Dalam konteks ini juga, pemerintah dan seluruh elemen dan warga bangsa Indonesia harus bersatu padu, satu kata untuk tidak membuka hubungan diplomatic dengan Israel, untuk menghentikan kegiatan import produk Israel sekaligus boikot Israel, dan terkahir untuk meyakinkan tidak ada lagi agen-agen zionis di Indonesia," kata Prof Sudarnoto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement