REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Serangan ratusan rudal balistik Iran pada Selasa (1/10/2024) malam, menghantam pangkalan-pangkalan militer Israel. Selain Pangkalan Udara Tel Nof di dekat Tel Aviv dan Pangkalan Udara Hatzerim, rudal-rudal Iran menargetkan pangkalan Nevatim. Tiga pangkalan udara ini dilaporkan menampung pesawat-pesawat F-35.
Press Tv melaporkan, Pangkalan Udara Nevatim, Hatzerim, dan Tel Nof diidentifikasi sebagai target potensial operasi balasan dari April dan Agustus. Alasannya, pesawat yang menyerang konsulat Iran di Damaskus pada April lepas landas dari pangkalan tersebut.
Pangkalan udara besar dengan empat landasan pacu ini mencakup sekitar 50 kilometer persegi dan terletak di gurun Negev, 15 km di timur Beersheba dan 12 km di utara Dimona.
Pangkalan udara ini menampung tiga skuadron jet tempur siluman F-35 buatan Amerika Serikat, yaitu skuadron ke-140, ke-116, dan ke-117, serta pesawat angkut C-130, pesawat tanker Boeing 707, dan pesawat pengintai lainnya.
Setidaknya tujuh video berbeda menunjukkan serangan langsung dari 20 hingga 30 rudal balistik Iran, yang menyebabkan kerusakan parah pada pangkalan tersebut. Menurut beberapa sumber, rudal balistik menghancurkan lebih dari 20 jet tempur.
WATCH: Video compilation of Iran's retaliatory missile attack on occupied Palestine. pic.twitter.com/Z5W97tfSIq
— Press TV (@PressTV) October 2, 2024
Lockheed Martin F-35 Lightning II dikenal sebagai pesawat tercanggih di muka bumi. Jet tempur itu memiliki teknologi pertempuran udara terdepan. Sistem sensor dan fusi data yang dimiliki memungkinkannya mengumpulkan serta berbagi informasi lebih cepat dari pesawat jet siluman lain. Setiap unit jet tempur ini dihargai 77,9 juta dolar AS atau Rp 1,21 Triliun.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, dalam sebuah pernyataan setelah operasi tersebut, memuji upaya heroik pasukan militer negara mullah itu. "Malam ini, pasukan kedirgantaraan IRGC membalas dendam atas banyak kejahatan Zionis dengan operasi heroiknya," kata dia seperti dilansir media Iran Press TV.
Meski kerap disebut sebagai negara dengan sistem pertahanan udara terbaik, serangan Iran dinilai telah menunjukkan kelemahan jaringan pertahanan udara Israel. Media Israel melaporkan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sejumlah menteri terpaksa tetap berada di lokasi bawah tanah yang dibentengi di Yerusalem selama berjam-jam selama serangan itu. Koresponden Barat melaporkan bahwa ledakan besar dapat dirasakan di seluruh Tel Aviv.
Kehilangan Pesawat F-15