Ahad 22 Sep 2024 07:36 WIB

Aksi Memanas di Liverpool, 15 Ribu Demonstran Tuntut Hentikan Pengiriman Senjata ke Israel

Para demonstran mengkritik keterlibatan pemerintah dalam genosida Israel di Gaza.

Demonstrasi Free Palestine di Liverpool
Foto: X
Demonstrasi Free Palestine di Liverpool

REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL — Lebih dari 15.000 orang berunjukrasa di Liverpool, Inggris, pada Sabtu (21/9/2024) untuk memprotes penjualan senjata Inggris ke Israel. Mereka  menyerukan kepada pemerintah Inggris agar menghentikan pengiriman senjata yang digunakan untuk genosida.

Massa berkumpul sebagai bagian dari Pawai Nasional ke-19 untuk Palestina. Mereka bergerak menuju konferensi Partai Buruh sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina. Para demonstran mengkritik keterlibatan pemerintah dalam genosida Israel terhadap warga Palestina. Mereka menuntut diakhirinya semua pasokan senjata ke Israel, lapor Anadolu Ajansi.

Baca Juga

Pawai Nasional berikutnya untuk Palestina akan diadakan pada tanggal 5 Oktober di London, menandai satu tahun serangan Israel di Gaza. Israel telah melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas Oktober lalu meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Hampir 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas sejak saat itu. Sementara, lebih dari 95.700 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel telah mengungsikan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut di tengah blokade yang sedang berlangsung yang telah menyebabkan kondisi darurat akibat kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

"Saya terus berunjuk rasa karena saya melihat genosida yang disiarkan langsung ke ponsel saya setiap hari dengan wanita dan anak-anak terbunuh, dan melihat pemerintah kita tidak melakukan apa pun sebagai tanggapan," kata pengunjuk rasa Sue Houseman kepada Aljazirah di pawai tersebut.

"Saya merasa frustrasi karena kita tidak bisa berdiri dan bersikap manusiawi serta mengurus orang-orang yang hanya dihukum, dibunuh, dan dibantai, air mereka diputus dan makanan mereka diputus. Dan pemerintah kita tidak bertindak. Saya merasa harus meminta pertanggungjawaban mereka."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement