REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara tanda-tanda keimanan adalah mencintai Nabi Muhammad SAW. Dan, perasaan itu bukanlah satu arah.
Rasulullah SAW sendiri mengungkapkan betapa besar rasa sayangnya kepada umat Islam. Termasuk di antara yang dirindukan beliau adalah Muslimin yang tidak hidup sezaman.
“Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku, tetapi beriman kepadaku, dan mereka mencintaiku melebihi anak dan orang tua mereka. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku, dan beruntung pula mereka yang beriman kepadaku walaupun tidak pernah melihatku,” sabda Nabi SAW.
Membaca shalawat
Maka, apakah kita tergolong orang-orang yang dirindukan Rasulullah SAW? Sebelum itu, tentunya kita terlebih dahulu memantaskan diri masing-masing. Berikut ini adalah beberapa tanda tumbuh suburnya perasaan cinta kepada Nabi SAW.
Pertama, membaca shalawat kepada Rasulullah SAW, minimal ketika nama beliau disebutkan. Orang yang hatinya tertutupi maksiat dan dosa biasanya enggan untuk melakukannya. Dalam sebuah hadis, diceritakan bahwa Malaikat Jibril berkata, “Celakalah seorang hamba jika namamu (Muhammad) disebutkan di hadapannya, tetapi ia tidak bershalawat.”
Meniru keteladanan
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah” (QS al-Ahzab: 21). Ayat Alquran tersebut menegaskan, seorang Mukmin hendaknya mengikuti jejak keteladanan Nabi Muhammad SAW. Para ulama menyatakan, ada empat sifat beliau, yakni benar, amanah, tabligh, dan cerdas.
Sekurang-kurangnya, seorang Mukmin yang berkomitmen meniru karakteristik beliau akan selalu berkata jujur, bersikap lurus, dan tidak berbuat curang. Bagi kalangan pemimpin, di level keluarga hingga negara, keempat sifat itu sangat penting untuk dimiliki dan diasah.
Harapkan syafaat
Allah telah menakdirkan, Nabi Muhammad SAW dapat memohonkan syafaat kepada-Nya untuk menolong orang-orang yang beriman. Untuk menjadi pantas dalam mendapatkan pertolongan itu, seorang Mukmin hendaknya selalu merawat keimanan. Salah satunya dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaannya terhadap segala yang lain.
Bershalawat dan doa usai azan pun dapat menjadi sarana untuk itu. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang memohonkan untukku al-wasilah, maka akan mendapat syafaatku” (HR Muslim).