REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pihak berwenang Turki tengah berupaya membawa jenazah Aysenur Ezgi Eygi, aktivis Turki-Amerika yang ditembak mati oleh penembak jitu (sniper) Israel di Tepi Barat pada Jumat lalu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Turki, Oncu Keceli mengatakan jenazah Ezgi Eygi akan dibawa ke Turki pada Senin (9/9/2024).
"Penyeberangan darat dari Palestina ke Yordania ditutup oleh Israel sejak kemarin. Atas permintaan keluarganya, kami tengah mengupayakan opsi membawa jenazah langsung ke Turki dengan pesawat untuk menghindari penundaan lebih lanjut,” kata Keceli dalam sebuah pernyataan di X, dikutip dari laman Daily Sabah, Senin (9/9/2024).
Konsulat Turki di Yerusalem tengah berkomunikasi dengan pihak berwenang setempat untuk menyelesaikan proses tersebut sesegera mungkin. Konsulat Turki di Los Angeles tengah mengoordinasikan perjalanan keluarga Eygi ke Turki.
Warga Palestina di Tepi Barat juga akan menggelar pemakaman untuk Eygi pada Senin. Iring-iringan militer akan membawa jenazah Eygi keluar dari Rumah Sakit Rafidia ke ambulans yang berjarak satu kilometer dan prosedur resmi untuk memindahkan jenazahnya akan dimulai.
Turki mengutuk keras pembunuhan Eygi. Pembunuhan ini memicu kemarahan internasional, seruan untuk akuntabilitas, dan tekanan yang meningkat untuk mengakhiri perang di Gaza.
Eygi berpartisipasi dalam protes terhadap perluasan permukiman ilegal di kota Beita, dekat Nablus di Tepi Barat utara, ketika tentara Israel melepaskan tembakan dengan peluru tajam.
Kantor berita resmi Palestina, Wafa, mengonfirmasi Eygi adalah warga negara Amerika dan relawan kampanye Fazaa, sebuah inisiatif yang bertujuan mendukung dan melindungi petani Palestina dari pelanggaran yang terus berlanjut oleh pemukim ilegal Israel dan tentara.
Eygi terlibat dalam Gerakan Solidaritas Internasional, organisasi yang sama dengan aktivis perdamaian legendaris Rachel Corrie. Corrie dibunuh oleh Israel saat ia mencoba menghentikan pembongkaran rumah Palestina di Gaza pada 2003.
Direktur Rumah Sakit Rafidia, Fouad Nafaa mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa Eygi tiba di rumah sakit dengan luka tembak di kepala. Ia meninggal karena luka-lukanya meskipun ada upaya dari tim medis untuk menyadarkannya.
Gubernur Nablus Ghassan Daghlas mengatakan pada Sabtu otopsi mengonfirmasi Eygi wafat akibat peluru penembak jitu Israel yang menyasar kepala.
Lahir di Antalya, Turki pada 1998, Eygi pindah ke Seattle, Washington, bersama orang tuanya, Rabia Birden Eygi dan Mehmet Suat Eygi saat ia berusia kurang dari satu tahun. Ia lulus dari Universitas Washington pada bulan Juni, tempat ia belajar psikologi dan bahasa serta budaya Timur Tengah.
Salah satu kata-kata terakhirnya kepada teman-temannya beberapa jam sebelum dia dibunuh adalah, "Kita perlu berbuat lebih banyak," menurut salah satu teman Eygi, Imam Akram Baioumy dari Asosiasi Muslim Puget Sound saat acara peringatan untuk Eygi di Seattle pada Ahad lalu.
Ketegangan meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki saat Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, yang telah merenggut nyawa hampir 40.900 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak sejak 7 Oktober tahun lalu.
Perkiraan menunjukkan sekitar 700 ribu pemukim Israel tinggal di sekitar 300 pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur. Semua permukiman Yahudi di wilayah yang diduduki dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Setidaknya 691 orang telah wafat dan lebih dari 5.700 orang terluka oleh tembakan Israel di Tepi Barat sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan.