Bersyair
Sayyid Sabiq dalam bukunya, Fikih Sunnah, mengutip keterangan dari Abdullah bin Umar. Ia mengungkapkan, Rasulullah SAW melarang jual beli, mencari barang hilang, dan bersyair di dalam masjid.
Sabiq mengatakan, maksud dari larangan melantunkan syair adalah apabila karya sastra itu berisi ejekan terhadap Muslim, pujian bagi orang zalim, serta perkataan yang kotor. Sebaliknya, syair yang mengandung hikmah, pujian terhadap Islam, dan anjuran berbuat baik, maka silakan saja.
Abu Hurairah menuturkan pengalamannya. Pernah suatu ketika, Umar menghampiri Hasan yang sedang bersyair di dalam masjid. Al-Faruq memperhatikannya.
Kemudian, Hasan berkata bahwa dahulu dirinya pernah bersyair di tempat itu (masjid) dan disaksikan oleh orang yang lebih baik dari Umar, yaitu Rasulullah SAW.
Meminta-minta
Ibnu Taimiyah menjelaskan, perbuatan meminta-minta tidak boleh dilakukan di dalam masjid. Bahkan pada dasarnya, mengemis sembari menggangu orang lain dilarang di manapun kecuali memang yang bersangkutan dalam keadaan terpaksa.
Suara keras yang mengganggu
Islam juga mengajarkan, seseorang saat berada dalam masjid dilarang bersuara keras yang menyebabkan orang lain terganggu. Walaupun ia sedang membaca Alquran, tetap dilarang mengeraskan suaranya yang bisa mengganggu orang sekitar.
Abu Said al-Khudri mengatakan, Rasulullah SAW pernah sedang beriktikaf di dalam masjid. Kemudian, beliau mendengar beberapa Muslimin saling mengeraskan suara bacaan Alquran.
Nabi SAW kemudian membuka tirai dan mengatakan, “Ingatlah, sesungguhnya kalian sedang bermunajat kepada Tuhan, maka janganlah saling mengganggu dan jangan sebagian kalian mengeraskan bacaan Alquran terhadap yang lainnya."
Ikuti Whatsapp Channel Republika