REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Syafii merupakan salah seorang ulama besar dalam sejarah Islam. Alim kelahiran Palestina ini memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, khususnya fikih.
Dialah sang peletak dasar mazhab fikih Syafii, yakni salah satu dari empat aliran yang diakui kalangan ahlus sunnah wa al-jama'ah (aswaja). Nasihat yang disampaikan Imam Syafii begitu mencerahkan dan relevan, termasuk pada masa kini.
Menasihati satu sama lain antar-Muslim merupakan bagian dari hak dan adab dalam Islam. Bahkan, ada sejumlah hadis yang berkenaan dengan anjuran saling menasihati. Misalnya, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
عن أبي رقية تميم بن أوسٍ الداري رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((الدِّين النصيحة))، قلنا: لِمَن؟ قال: لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامتهم
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dary RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Agama ini adalah nasihat." Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Bagi siapa, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi Kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan bagi para pemimpin kaum Muslimin serta segenap umat Islam.”
Namun, dalam memberikan nasihat, tiap Muslim juga perlu memiliki adab. Seorang Mukmin tidak bisa serta merta memberikan nasihatnya kepada seseorang di hadapan orang banyak.
Hal ini sebagaimana diperingatkan dalam kata-kata penuh hikmah yang disampaikan Imam Syafii. Petuahnya dimuat di dalam buku berjudul Mauizhat.
تغمد نى بنصحك في انفرا دي وجنبني النصيحة في الجما عة فإ ن النصح بين الناس نوع من التو بيخ لا أر ضى استماعه وإن خالفتني وعصيت قولي فلا تجزع إذا لم تعط طا عة
"Sampaikan nasihatmu kepadaku saat aku sendirian. Dan jangan katakan nasihat itu kala banyak orang. Sebab, memberi nasihat di depan banyak orang adalah salah satu bentuk dari pelecehan, aku tidak senang mendengarnya. Apabila saran dan ucapanku ini tidak kau perhatikan, janganlah menyesal jika sekiranya nasihatmu tidak ditaati."
Nasihat berarti ajaran, pelajaran, atau anjuran yang baik. Istilah itu berasal dari bahasa Arab, nashaha, yang berarti ‘murni'. Para ulama mengibaratkan nasihat seperti menyaring madu agar terpisah dari lilinnya sehingga menghasilkan madu yang murni. Perumpamaan itu bermakna, seseorang memilih kata-kata yang tepat agar pesan kebaikan bisa sampai kepada sasarannya.