Rabu 07 Aug 2024 10:58 WIB

Kisah Nenek Israel Usia 85 Tahun Bertemu Yahya Sinwar

Nenek berusia 85 tahun itu bertemu Yahya Sinwar saat ditawan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Yahya Sinwar
Foto: AP/John Minchillo
Yahya Sinwar

REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH -- Seorang wanita Israel berusia 85 tahun yang disandera Hamas pada tanggal 7 Oktober dan dibebaskan dua pekan setelahnya menceritakan dia bertemu dengan pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, ketika berada dalam tawanan. Dalam pertemuan, wanita bernama Yocheved Lifshitz itu bertanya kepadanya apakah ia tidak merasa malu karena telah melakukan kekerasan terhadap para aktivis perdamaian seperti dirinya.

Lifshitz dibawa dari rumahnya di Kibbutz Nir Oz, Israel, ke Gaza. Kepada surat kabar Israel, Davar, ia mengatakan ia bertemu dengan Sinwar ketika pemimpin Hamas mengunjungi para sandera di  terowongan bawah tanah di mana Hamas menyekap mereka.

Baca Juga

"Sinwar bersama kami tiga sampai empat hari setelah kami tiba," kata Lifshitz seperti dikutip surat kabar Davar pada November tahun lalu.

"Saya bertanya kepadanya apakah dia tidak malu melakukan hal seperti itu kepada orang-orang yang selama ini mendukung perdamaian, ia tidak menjawab. Dia diam saja," katanya.

Kata cucunya, Lifshitz adalah seorang aktivis perdamaian yang, bersama dengan suaminya, membantu warga Palestina yang sakit di Gaza untuk pergi ke rumah sakit selama bertahun-tahun. Suaminya yang berusia 83 tahun, Oded, juga diculik dari rumah mereka dan masih ditahan.

Setelah dibebaskan dari tawanan Hamas bulan lalu, Lifshitz mengatakan ia "mengalami neraka" selama dua minggu menjadi sandera di Jalur Gaza.

Lifshitz salah satu dari empat wanita yang dibebaskan Hamas pada awal perang. Ia mengatakan ia dipukuli saat diculik, namun kemudian diperlakukan dengan baik selama dua pekan dalam tahanan.

Saat dibebaskan, ia berbalik untuk menjabat tangan seorang penculik bertopeng. Ketika ditanya mengapa, dia menjawab: "Mereka memperlakukan kami dengan lembut dan memenuhi semua kebutuhan kami." n Lintar Satria/Reuters 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement