Jumat 19 Jul 2024 20:31 WIB

Rusia Kemungkinan Pasang Rudal Nuklir Tanggapi Rencana Amerika di Jerman

Rusia sebelumnya memberi peringatan tindakan itu memicu konfrontasi langsung.

Presiden Rusia menginspeksi pasukan militer.
Foto: EPA-EFE/GAVRIIL GRIGOROV/SPUTNIK/KREMLIN POOL
Presiden Rusia menginspeksi pasukan militer.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia pada Kamis menolak mengecualikan kemungkinan mengerahkan rudal berhulu ledak nuklir sebagai tanggapan atas keputusan Amerika Serikat (AS) menempatkan rudal jelajah jarak jauh di Jerman.

Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov kepada wartawan di Moskow mengatakan Rusia akan menanggapi setiap langkah yang diambil AS untuk meningkatkan kemampuan rudal nuklirnya, ketika membahas rencana AS menempatkan rudal jelajah jarak jauh Tomahawk di Jerman mulai 2026.

Baca Juga

"Kita harus siap dengan berbagai skenario, termasuk yang negatif," kata Ryabkov.

Saat ditanya apakah Rusia kemungkinan menempatkan rudal berhulu ledak nuklir di beberapa wilayah sebagai langkah penanggulangan, Ryabkov menjawab: "Saya tidak mengesampingkan pilihan itu."

Dia menekankan Rusia akan memutuskan "apa, dimana, dan kapan" untuk mengerahkan rudal tersebut berdasarkan kapasitas keseluruhan negara-negara NATO.

“Ini bukan ancaman bagi siapa pun. Penting untuk menemukan opsi yang paling efektif, termasuk dari segi biaya, untuk menjawab tantangan perubahan,” jelasnya.

Ryabkov juga mengkritik negara-negara Barat karena eskalasi ketegangan. “Ini situasi yang menyedihkan, namun hal ini tidak akan menghalangi kami memenuhi tugas kami untuk menjamin keamanan kami di sepanjang perbatasan Rusia, termasuk zona pertahanan udara,” katanya.

Sebuah pernyataan bersama oleh AS dan Jerman pada 10 Juli lalu menyatakan bahwa penempatan rudal jelajah Tomahawk dan senjata jarak jauh lainnya di Jerman, akan dimulai pada 2026.

Pengerahan senjata jarak jauh tersebut terakhir kali dilakukan AS di Jerman pada 1990-an.

Rusia sebelumnya memberi peringatan tindakan itu memicu konfrontasi langsung ala Perang Dingin.

Diterima Presiden Korea Utara Kim Jong Un

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menerima delegasi militer Rusia yang dipimpin oleh Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexei Krivoruchko, lapor penyiar Voice of Korea pada Jumat.

Penyiar tersebut melaporkan bahwa sebenarnya pertemuan tersebut sudah berlangsung pada Kamis (18/7) dan uraian pertemuan tersebut belum dipublikasikan.

Sementara itu, Kantor berita negara Korea Utara KCNA melaporkan bahwa Kim Jong Un melangsungkan pembicaraan dengan Krivoruchko, yang menyampaikan salam hangat dari Presiden Rusia Vladimir Putin kepada pemimpin Korea Utara tersebut. Kim Jong Un menyampaikan terima kasih yang mendalam atas pesan tersebut dan meminta pejabat Rusia itu untuk menyampaikan salam hangatnya kepada Putin.

Selama pertemuan tersebut, pemimpin Korea Utara dan wakil menteri pertahanan Rusia berbagi "pengakuan akan pentingnya dan kebutuhan kerja sama militer antara kedua negara untuk mempertahankan kepentingan keamanan bersama," lapor media negara tersebut.

Dalam pertemuan itu, Kim Jong Un juga dilaporkan mengatakan bahwa militer Rusia dan Korea Utara perlu "lebih bersatu erat" untuk memimpin hubungan Korea Utara-Rusia secara dinamis "di era baru". "Kekuatan militer kedua negara memainkan peran penting dalam mempertahankan perdamaian regional dan global serta keadilan internasional," kata Kim Jong Un. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement