Selasa 16 Jul 2024 21:29 WIB

Sejak Kapan 10 Muharram Wafatnya Husein di Karbala Diperingati Secara Berlebihan?

Imam Husein terbunuh di Karbala pada Asyura 10 Muharram

Ilustrasi Peringatan Asyura di Afghanistan. Imam Husein terbunuh di Karbala pada Asyura 10 Muharram
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA— 10 Muharram atau hari Asyura diklaim sebagai hari penting bagi Syiah. Pada hari itu Husein bin Ali bin Abu Thalib, cucu Rasulullah SAW gugur di Karbala.

Pada tahun 10 Muharam tahun 61 H atau bertepatan dengan tahun 680 M, Husein bin Ali bin Abu Thalib yang diyakini sebagai imam ke-3 oleh Muslim Syiah, terbunuh dalam pertempuran di Karbala. Imam Husein wafat bersama dengan para pengikutnya oleh pasukan Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan. Terbunuhnya Husein itu kemudian dikenal dengan peristiwa Karbala.

Baca Juga

Peristiwa ini membawa dampak yang amat besar dalam sejarah perkembangan Islam. Wafatnya Husein yang tragis pada hari Asyura ini dipandang oleh sebagian kaum Muslimin, terutama dari kalangan pendukung setia ahlul bait (keturunan Rasulullah SAW) sebagai penderitaan dan penebusan terbesar dalam sejarah Islam.

Didorong oleh rasa bersalah dan semangat penebusan yang menggelora demi menjunjung tinggi Rasulullah dan keluarganya, maka peristiwa tersebut hingga hari ini diperingati secara khusus oleh orang-orang Syiah. Karenanya, hari Asyura ini lebih dikenal sebagai hari berkabungnya atas kematian Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Pada awalnya, Asyura diperingati secara sederhana, yakni dengan berziarah ke tempat peristiwa Karbala. Namun, lama-kelamaan, peringatan ini membudaya dan berkembang di mana-mana serta dilakukan secara besar-besaran dengan memakai pakaian berkabung dan memperbanyak sedekah.

Dalam peringatan ini, sering kali juga dipentaskan drama massal yang menceritakan episode wafatnya Husein, penyesalan, dan kesiapan berkorban.

Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa Al-Nihayah mengungkapkan, peringatan Asyura diselenggarakan di Baghdad selama pemerintahan Mu'izz Al-Daulah dari Dinasti Buwaihiyah yang berhaluan Syiah.

Pada hari tersebut, semua aktivitas perdagangan ditiadakan dan seluruh penduduk berkeliling kota sembari menangis, meratap, dan memukul kepala. Mereka berkeliling dengan menggenakan pakaian hitam, bahkan kaum perempuannya diharuskan berpenampilan kusut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement