REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mendapatkan informasi bahwa ada logo Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU dicantumkan di situs rahim.or.id yang dibuat oleh Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian.
Dalam situs ini, dijelaskan bahwa lembaga tersebut merupakan sebuah koalisi antar-agama yang mendedikasikan waktu studi, penelitian ilmiah dan pendidikan bangsa demi terciptanya kerukunan beragama terutama antara Muslim dan Yahudi.
"Baru saja kami menerima informasi bahwa ada satu lembaga atau organisasi yang bernama Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian, yang membuat website rahim.or.id, di dalam websitenya ini dia mencantumkan bahwa seolah-olah bagian dari jaringan organisasi ini adalah LBM NU, bahkan mencantumkan logo LBM NU di dalam webistenya," kata Gus Yahya saat konferensi pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024).
Pantauan Republika pada Senin (15/7/2024), laman rahim.or.id diketahui dipimpin oleh KH Mukti Ali Al-Qusyairi. Berdasarkan laman tersebut, Zainul Maarif, salah satu cendikiawan NU yang menemui Presiden Israel Isaac Herzog menjadi manager penelitian domestik. Laman tersebut juga mencantumkan logo Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU sebagai mitra kerjasama. Meski demikian, website tersebut diketahui tidak aktif. Saat Republika mengakses pada Selasa (16/7/2024), hanya tertera tulisan Coming Soon, A New Wordpress Site pada website tersebut.
Gus Yahya pun sudah melakukan klarifikasi kepada Ketua LBM NU, KH Mahbub Maafi. Setelah ditelusuri, ternyata logo NU tersebut dipasang oleh salah satu Pengurus LBM PWNU DKI Jakarta. Karena itu, Gus Yahya meminta kepada Ketua PWNU DKI Jakarta, KH Samsul Ma'arif untuk melakukan klarifikasi.
"Saya sudah minta kepada Ketua Tanfifiyah DKI saudara Samsul Maarif untuk melakukan klarifikasi ini maksudnya apa gitu, dan kami minta kepada lembaga atau organisasi yang bersangkutan untuk men-takedown ini karena kita tidak menginginkan ada klaim yang tidak diketahui oleh PBNU," jelas Gus Yahya.