REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Kurus, tidak mampu berjalan tanpa bantuan, lengan kanannya bergerak-gerak tak berbentuk di depannya dan wajahnya menunjukkan kebingungan, Muazzaz Abayat tertatih-tatih keluar dari penjara Israel.
Sebelum tentara Israel menangkapnya akhir tahun lalu, Abayat adalah seorang pria bertubuh besar dan percaya diri. Seorang binaragawan amatir, beratnya 109 Kg, semuanya berotot.
Setelah sembilan bulan di penjara Israel, warga Palestina ini telah kehilangan lebih dari separuh berat badannya. Ini adalah kisah suram dan mengerikan lainnya dari genosida Israel di Gaza.
Padahal, Muazzaz Abayat belum pernah ke Gaza. Dia lahir dan besar di kota Betlehem, Tepi Barat. Dia bekerja sebagai tukang daging sampai pasukan Israel menerobos masuk ke rumahnya pada pukul 02.30 pada tanggal 26 Oktober.
Tidak ada tuntutan yang diajukan terhadap Abayat selama hampir sembilan bulan ia ditahan di penjara Israel. Ia ditahan secara administratif, yakni seorang tahanan dapat ditahan sesuai kebijaksanaan komandan militer setempat tanpa dikenakan tuduhan apa pun.
View this post on Instagram
HaMoked, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Israel, melaporkan lebih dari 3.500 dari 9.000 warga Palestina yang saat ini dikurung di penjara Israel ditahan secara administratif. Banyak di antara mereka, seperti Muazzaz Abayat, berasal dari Tepi Barat. Sejak serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober, jumlah ini meningkat tajam.
Abayat mengatakan kepada Middle East Eye bahwa selama berada di penjara, dia dipukuli, dianiaya, disiksa, kelaparan dan tidak diberi air. Dia mengatakan kasusnya bukanlah kasus yang luar biasa. Setiap tahanan Palestina lainnya menghadapi pelecehan serupa.
Rekaman kepergian Muazzaz Abayat dari penjara...