REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu Ramadhan, Nabi Muhammad SAW menugaskan Abu Hurairah untuk menjaga gudang gandum di dekat Masjid Nabawi. Di sanalah, Rasulullah SAW menyimpan gandum yang telah dipungut dari para pembayar zakat fitrah.
Seperti biasa, Abu Hurairah patuh. Sang sahabat Nabi pun berjaga di depan lumbung itu dengan penuh kesigapan.
Matahari terbenam. Saat malam kian larut, Abu Hurairah memergoki seorang laki-laki yang berbadan kekar mengendap-endap di sekitar gudang. Dengan cepat, pria misterius itu membuka pintu tempat penyimpanan gandum itu.
Langsung saja, Abu Hurairah meringkus si penyusup. Walaupun badannya besar, lelaki yang menyelonong masuk ke lumbung itu toh tidak berdaya saat disergap.
"Akan kuadukan kau kepada Rasulullah SAW esok pagi!" kata Abu Hurairah.
"Duh, kumohon padamu, jangan bawa aku ke hadapan Rasulullah," ujar si penyusup, memelas kepada Abu Hurairah.
Karena merasa kasihan, Abu Hurairah pun melepaskannya. Sebelum pergi, lelaki tersebut diperingatkannya agar berjanji, tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Esok harinya, Abu Hurairah bertemu dengan Nabi SAW. Tidak disangka, Rasulullah SAW terlebih dahulu bertanya kepadanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang kamu lakukan pada orang yang kamu tangkap tadi malam?”
Abu Hurairah pun menceritakan peristiwa semalam kepada beliau. Nabi SAW kemudian berkata, “Awasilah, nanti malam dia akan datang lagi.”
Benar saja. Pada malam berikutnya, si penyusup yang sama datang lagi dan hendak mencuri gandum. Abu Hurairah menangkapnya lagi, tetapi si lelaki misterius kembali memohon-mohon sehingga sahabat Nabi tersebut melepaskannya.
Esok harinya, Nabi SAW bertanya hal yang sama kepada Abu Hurairah. Yang ditanya pun menjawab, si penyusup kembali dilepaskannya. Rasul SAW berkata, “Ingatlah, nanti malam dia akan datang lagi.”
Abu Hurairah mulai curiga ....