REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Saya sih santai saja walau yang lain berdesak-desakan, kata Akmal Hasimbuan, jamaah haji asal Sumatera Utara saat menceritakan kehebohan saat perpindahan dari Muzdalifah ke Mina. Akmal yakin pemerintah memberikan yang terbaik untuk jamaah haji Indonesia, sehingga dia tidak akan tertinggal dan tidak perlu berdesakan dengan jamaah lain saat mengantre bus.
Jamaah haji yang menjalankan mabit di Muzdalifah berhasil diberangkatkan ke Mina hingga pukul 07.37 Waktu Arab Saudi (WAS) sebelum matahari meninggi. Kondisi ini cukup berbeda dengan pergerakan jamaah dari Muzdalifah ke Mina pada penyelenggaraan ibadah haji 1444 H/2023 M. Saat itu, pemberangkatan jamaah berlangsung hingga 13.30 WAS.
Menurut Akmal, pemerintah akan selalu memperhatikan jamaah. Sehingga kalau ada satu jamaah yang masih tertinggal di Muzdalifah, pasti akan diantar. “Satupun tertinggal, akan diantar,” ujarnya di Muzdalifah saat berbincang dengan tim Media Center Haji (MCH).
Akmal menilai Pemerintah Indonesia memiliki perhatian penuh kepada jamaah haji. Ia menyebut kepercayaan kepada pemerintah ini membuatnya lebih tenang dan tak perlu capek mengantre, apalagi sampai saling dorong.
Sementara itu, jamaah haji dari Surabaya, Muslimatus merasa kekhawatiran kondisi Muzdalifah pada tahun lalu tak perlu dicemaskan lagi. Pasalnya, petugas sudah siap sedia menyambut jamaah sejak kedatangan hingga pemberangkatan menuju Mina.
"Alhamdulillah makanan cukup, hingga berlebih. Minuman juga banyak sekali tersedia di sini. Kami tak perlu khawatir kekurangan," ujarnya.
Tahun ini, jamaah haji di Muzdalifah mendapatkan fasilitas air mineral gratis pada masing-masing maktab yang telah disediakan Masyariq. Berbagai upaya tersebut terkalibrasi dengan hasil pendorongan jemaah dari Muzdalifah ke Mina lebih cepat sesuai target Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).