Sabtu 29 Jun 2024 04:20 WIB

Mengunjungi Pabrik Alquran Terbesar di Dunia

Raja Fahd bin Abdul Aziz meletakkan batu pertama pembangunannya pada 1982.

Jamaah haji mengunjungi Percetakan Alquran terbesar di dunia, Majma
Foto: Muhyiddin / Republika
Jamaah haji mengunjungi Percetakan Alquran terbesar di dunia, Majma

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhyiddin dari Madinah, Arab Saudi

Baca Juga

Jamaah haji Indonesia telah usai melaksanakan rangkaian ibadah Puncak Haji di Makkah. Sebagian jamaah telah kembali ke Tanah Air. Sedangkan jamaah yang ikut gelombang kedua masih didorong ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasulullah dan berdoa di Raudhah. 

Tidak hanya itu, jamaah haji Indonesia juga banyak yang berkunjung ke tempat-tempat bersejarah lainnya yang ada di Kota Madinah. Di antaranya adalah Pabrik Percetakan Alquran terbesar di dunia, yaitu Majma' Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif (King Fahd Complex for Printing the Holy Qur'an). 

Pada Kamis (27/6/2024) kemarin, Repubika.co.id bersama tim Media Center Haji (MCH) berkesempatan untuk mengunjungi percetakan Alquran di Kawasan an-Nakhil ini. Untuk mencapai percetakan Alquran ini, kami harus menempuh perjalanan sekitar 11 kilometer dari Masjid Nabawi.

Begitu memasuki pintu gerbang percetakan, tampak sebuah batu peletakan pertama yang menunjukkan tahun dimulainya pembangunan pabrik ini, yaitu pada 1982. Setelah ke tempat produksi, para pengunjung lalu disuguhkan dengan berbagai macam mushaf Alquran yang dipajang di etalase kaca dinding. Di sana tampak Alquran berukuran besar maupun kecil dengan warna merah, biru, hijau, dan hitam.

Di etalase, pengunjung juga dapat melihat Alquran terjemahan dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Indonesia, Korea, dan lain-lain. Pengunjung juga bisa melihat contoh sampul Alquran yang dipakai, jenis kertas, hingga pena khat dan tinta yang digunakan. 

Sementara itu, di lantai dasar pabrik ini terdapat banyak mesin cetak yang tengah memproduksi kitab suci umat Islam tersebut. Pada hari itu setidaknya ada sekitar tujuh orang yang beraktivitas di lantai dasar. 

Sebagian pengunjung tampak dipandu oleh dua orang pria berpakaian khas Arab. Mereka lah yang menjelaskan sekilas sejarah percetakan Alquran ini. Salah satu pemandu, Ahmad Tarjamy mengatakan, percetakan ini merupakan salah satu upaya pemerintah Arab Saudi untuk menyiarkan Islam ke seluruh dunia.

Menurut dia, pembangunan percetakan ini membutuhkan waktu sekitar dua tahun sejak batu pertama diletakkan. 

"Raja Fahd bin Abdul Aziz meletakkan batu pertama pembangunannya pada 1982. Tapi berdirinya tahun 1984," ujar Ahmad saat diwawancara di lokasi. 

Menurut dia, mushaf Alquran yang telah dicetak akan dibagikan kepada jamaah haji sebagai hadiah, diwakafkan ke masjid atau sekolah tahfidz, dan ada juga mushaf Alquran yang dijual. 

"Alquran ini dicetak untuk tiga tujuan, diantaranya untuk hadiah bagi jamaah haji dan pengunjung percetakan," ucap Ahmad. 

Benar saja. Saat jamaah haji dan tim MCH keluar dari percetakan, mereka diberi mushaf Alquran kecil dengan harga 15 riyal atau sekitar Rp 216 ribu. Jika ingin menambah koleksi mushafnya, jamaah juga bisa membelinya di toko Alquran yang ada di pintu masuk percetakan.

Mushaf Alquran di toko ini dijual mulai dari 15 riyal untuk ukuran terkecil, 17 riyal, 23 riyal untuk ukuran sedang, dan 30 riyal untuk ukuran besar. Selain itu, toko ini juga menjual Alquran dengan tafsirnya berbahasa Arab seharga 23 riyal dan Juz Amma berbahasa Indonesia seharga 6 riyal. 

Ahmad menambahkan, Alquran yang dicetak di sini juga telah diterjemahkan lebih dari 77 bahasa. Terdapat lajnah atau komite berasal dari berbagai negara yang secara khusus melakukan proses penerjemahan. 

Pemandu lainnya, Abdul Aziz menjelaskan, percetakan Alquran berdiri di atas lahan seluas 25 hektar ini sebagai percetakan Alquran terbesar di Madinah, dan bahkan di duni. 

"Ini satu-satunya percetakan Alquran di Madinah. Setiap tahunnya kami mencetak 20 juta Alquran," ujar Aziz. 

Dia menuturkan, percetakan ini juga telah mencetak Alquran khusus bagi para difabel. Setiap tahunnya, ada sekitar 5000 Alquran Braille yang dicetak di pabrik ini. "Dibuat mulai 2018 dan setiap tahunnya kami mencetak 5000 eksemplar Alquran Braille," ucap Aziz. 

Setelah melaksanakan ibadah haji atau umrah, banyak jamaah yang berkunjung ke percetakan Alquran ini. Setiap harinya, ada 3000-5000 orang yang mengunjungi pabrik ini, termasuk pengunjung asal Indonesia yang baru saja menyesaikan ibadah haji di Makkah. 

Salah satu jamaah asal Bekasi, Wahyu Darma Setiadi mengaku senang bisa sampai ke percetakan Alquran terbesar di dunia ini. Dia berkunjung ke ke percetakan ini bersama rombongannya. 

"Setelah selesai hajian kita hanya ingin melihat tempat-tempat yang bersejarah di Madinah untuk motivasi syiar agama Islam. Alhamdulillah sangat berkesan sekali di sini," kata Wahyu. 

Dia pun merasa takjub dengan perkembangan agama Islam sekarang ini. Per harinya saja, kata dia, ada ribuan Alquran yang dicetak di pabrik ini.

"Artinya salah satu syiar Islam ternyata memang betul-betul luar biasa di kota madinah ini," jelas Wahyu. 

Sementara itu, jamaah lainnya yang serombongan dengan Wahyu, Purwanto mengatakan, semua rangkaian ibadah haji sudah selesai semua dilakukan. Usai berwisata di Madinah, dia bersama rombongannya akan pulang melalui bandara Jeddah. 

"Rencana nanti malam ke Jeddah dulu baru ke Tanah Air. Kita di Madinah sekitar empat hari," ujar Purwanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement