Kamis 27 Jun 2024 15:07 WIB

Terharu, Kisah Petani Karet yang Akhirnya Bisa Berangkat Haji

Jamaah asal Sumatra Selatan ini mengaku seperti mimpi bisa melihat Ka'bah.

Rep: Karta Raharja Ucu/ Red: A.Syalaby Ichsan
Jamaah umroh berlomba-lomba mendapatkan tempat mustajab di Masjidil Haram. Salah satu tempat yang menjadi incaran adalah Multazam, pintu Kabah, dinding Kabah, dan tentu saja Hajar Aswad.
Foto: Karta/Republika
Jamaah umroh berlomba-lomba mendapatkan tempat mustajab di Masjidil Haram. Salah satu tempat yang menjadi incaran adalah Multazam, pintu Kabah, dinding Kabah, dan tentu saja Hajar Aswad.

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH — Belasan tahun sudah Raymini (57 tahun) bersabar menunggu agar uang tabungannya bersama sang suami terkumpul. Sedikit demi sedikit, hasil deres (sadap) karet akhirnya cukup mewujudkan impiannya menunaikan rukun Islam kelima, pergi haji ke Tanah Suci.

Mata berbinar Raymini menggambarkan perasaannya. Dia terharu saat tiba di Kota Madinah. Jamaah yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 10 Embarkasi Palembang (PLM 10) ini sehari-hari bekerja sebagai petani atau penyadap karet.

Baca Juga

“Kami berdua sangat ingin berhaji, Alhamdulillah dengan uang hasil ‘deres’ (sadap) karet akhirnya kami bisa berangkat ke Tanah Suci," kata Raymini saat dijumpai di Hotel Arjwan Al Saadah di Madinah, Arab Saudi, Rabu (26/6/2024).

Jamaah asal Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Sumatra Selatan mengaku seperti mimpi bisa melihat Ka'bah dan menginjakkan kaki di Kota Madinah. "Rasanya seperti mimpi bisa lihat Ka'bah dan juga sampai di kota Nabi ini. Kami sudah tidak sabar ibadah di Masjid Nabawi," ucap dia.

Setiap hari, mereka ‘deres’ karet di lahan milik sendiri. Kadang hanya berdua, kadang juga dibantu anak-anak. "Kami semangat ‘deres’ demi mengumpulkan uang untuk biaya naik haji. ‘Deres’ setiap hari mulai pagi hingga sore, tidak ada hari libur," ucap ibu tiga putra putri ini.

Menurut Sarmin (66), suami Raymini, mereka mendaftar haji pada awal 2012, berkat kesabaran menabung sedikit demi sedikit selama puluhan tahun dari hasil menyadap karet. Tak sampai di situ, mereka berdua harus tetap sabar menabung sedikit demi sedikit untuk melunasi biaya haji 2024.

Ujian kesabaran bagi Sarmin dan istri saat harga karet turun. "Sebab untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja, tidak ada lebih untuk menabung," ucap dia.

photo
Petugas kesehatan mendorong jamaah calon haji Indonesia berkursi roda di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (12/6/2024). Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah menyiapkan empat tim tenaga kesehatan yang akan bertugas melayani jemaah saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi juga mempersiapkan safari wukuf bagi jamaah haji yang sakit dirawat di KKHI. - (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Puas dengan pelayanan petugas

Raymini dan sang suami mengaku puas dengan layanan yang diberikan petugas, berikut fasilitas yang disediakan. Menurut mereka, itu sangat memudahkan dan membantu jamaah.

"Saat di Arafah dan Mina fasilitas yang kami dapat sedikit kurang nyaman untuk toilet karena harus antre panjang. Tapi ya kami maklumi, namanya banyak orang," kata dia.

Dia juga mengaturkan terima kasih kepada menteri agama atas pelayanan yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia. Dia berdoa semoga menteria agama selalu diberikan kesehatan.

"Kami juga ingin ucap terima kasih kepada petugas haji yang selalu membantu dan membimbing dalam melaksanakan ibadah haji, sehingga orang kampung seperti kami bisa nyaman beribadah,” ucap Raymini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement