REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Semua jamaah haji ingin ibadah hajinya diterima Allah SWT (Mabrur). Bagi jamaah haji maka berharap agar hajinya menjadi haji mabrur.
"Kerena haji mabrur adalah surga, maka tak berlebihan kiranya apabila setiap orang yang menunaikan ibadah haji mengharapkan akan memperoleh predikat aja mabrur," kata Mokh Syaiful Bakhri dalam bukunya "Belum Haji Sudah Mabrur".
Apalagi, orang yang melaksanakan ibadah haji telah banyak berkorban. Mulai berkorban mengeluarkan biaya yang besar untuk ongkos haji.
"Begitu pula, dia rela meninggalkan orang-orang yang dicintai, sanak keluarganya, kampung halamannya untuk pergi haji ke tanah suci Makkah," katanya.
Apakah haji mabrur itu ? Mokh Syaiful Bakhri mengatakan, menurut ulama bahwa haji mabrur itu ialah haji yang tidak ternoda oleh perbuatan dosa. Perbuatan dosa yang dimaksud yaitu (rafats) perkataan jorok, (fusuq) sengaja melakukan perbuatan dosa dan (jidal) bertengkar atau ber bantah-bantah.
Hal sesuai Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 197 yang artinya.
"Barangsiapa telah mewajibkan haji atas dirinya, hendaknya menjauhi ucapan keji yakni di dalamnya termasuk ucapkan jorok, berbuat kefasikan, dan berbantah bantah di dalam melaksanakan ibadah haji."
Ada juga yang berpendapat, haji mabrur ialah haji yang disertai dengan memberi makan orang miskin serta bertutur kata yang lemah lembut. Pendapat ini sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah SAW bersabda.
"Tiada pahala haji yang mabrur kecuali surga."
Salah seorang sahabat bertanya. "Wahai Rasulullah, apakah haji mabrur itu? Rasulullah SAW menjawab.
"Perkataan yang baik dan memberi makan."