Ummu Habibah dalam bukunya Belajar dari Aisyah mengatakan, tabiat perempuan adalah berdandan dan hak suami adalah melihat istrinya berdandan.
Menurut dia, kewajiban perempuan berdandan demi suaminya tak lekang oleh usianya yang telah menua. "Itu terus berlanjut hingga suaminya meninggal dunia," kata nya. Ia merujuk contoh Ulayyah binti al- Mahdi, yang rajin membaca Alquran dan berada di mushalanya untuk shalat. Tapi, ia tak lupa berdandan.
Ketika Nailah menikah dengan Usman bin Affan dan dibawa ke rumahnya, ujar dia, ayah Nailah memberikan nasihat ke pada putrinya. Sang ayah mengatakan ke pa da putrinya bahwa ia beruntung dibandingkan perempuanperempuan Quraisy, namun mereka lebih pandai memakai wewangian.
Maka itu, ia mengatakan kepada Nailah untuk menjaga dua hal, yaitu supaya meng gunakan celak dan wangiwangian. Meski mendorong perempuan berdandan karena memang disyariatkan, Ummu Habibah me negaskan bukan berarti para perempuan berlama-lama di depan cermin. Lalu, mereka meninggalkan ibadah dengan alasan fokus berdandan untuk sang suami.
Semuanya mesti dilakukan secara proporsional, tidak berlebih-lebihan dan masih dalam koridor syariat yang dibenarkan. Misalnya, berpakaian secara syari dan tak mencukur alis.