Kamis 20 Jun 2024 06:11 WIB

Lupa Ucapkan 'Insya Allah', Rasulullah pun Ditegur

Asbabun nuzul ayat ini berkenaan dengan peristiwa yang terjadi pada diri Nabi SAW.

ILUSTRASI Lupa ucapkan Insya Allah, Rasulullah pun ditegur.
Foto: Antara/Aji Styawan
ILUSTRASI Lupa ucapkan Insya Allah, Rasulullah pun ditegur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum Muslimin begitu akrab dengan perkataan "insya Allah." Itu sesungguhnya memiliki makna yang dalam. Bahkan, Allah Ta'ala menyuruh hamba-hamba-Nya untuk mengucapkan ungkapan itu saat akan melakukan suatu pekerjaan atau kebaikan.

"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi', kecuali (dengan menyebut): 'Insya Allah.'"

Baca Juga

Demikian terjemahan dari Alquran surah al-Kafhi ayat ke-23 dan 24. Sebab turunnya (asbabun nuzul) wahyu Allah tersebut berkenaan dengan kisah berikut ini.

Pada suatu ketika, kaum musyrikin Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith. Dari Makkah, keduanya ditugaskan untuk meminta saran pada seorang pendeta Yahudi di Madinah.

Orang-orang Quraisy mengakui, kaum Yahudi lebih cerdas daripada mereka--kaum musyrikin--mengenai pengetahuan tentang Kitab. Para pemuka kafir Makkah itu ingin memperoleh beberapa bahan dari pendeta Yahudi setempat. Harapannya, hal itu bisa mereka pakai untuk mendebat Nabi Muhammad SAW.

Di Madinah, seorang pendeta Yahudi terkemuka menerima kedatangan an-Nadlr dan Uqbah. Kepada keduanya, rabi ini menyarankan, "Kalian hendaknya bertanya kepada Muhammad tentang tiga perkara. Jika Muhammad bisa menjawab ketiga pertanyaan ini, maka sungguh ia adalah utusan Allah. Namun, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang biasa yang mengaku-aku sebagai nabi."

"Apa itu?"

"Pertama, tanyakan kepadanya tentang sejumlah pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan kepadanya ihwal seorang pengembara yang sampai ke masyriq (timur) dan maghrib (barat) dan apa yang terjadi atas dirinya. Ketiga, tanyakan kepadanya tentang roh."

Para utusan itu pun pulang dengan perasaan lega. Sesampainya di Makkah, mereka melapor kepada petinggi Quraisy. Tak butuh waktu lama, mereka lantas menemui Nabi Muhammad SAW di dekat Ka'bah.

Kepada beliau, mereka menanyakan ketiga persoalan, sebagaimana yang dipesankan si pendeta Yahudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement