REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA -- Perayaan Idul Adha selalu berkaitan dengan penyembelihan hewan kurban. Dalam melakukan amalan itu, kaum Muslimin diharapkan untuk selalu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Sebab, proses penyembelihan hewan hingga distribusi daging kurban berpotensi menghasilkan limbah, semisal darah dan isi perut binatang ternak yang sudah disembelih. Di samping itu, kemasan yang dipakai untuk membungkus daging juga dapat menimbulkan sampah.
Sebagai organisasi perempuan Islam, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) turut menerapkan konsep peduli lingkungan (go green) dalam merayakan Idul Adha. Hal itu dapat dijumpai antara lain di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Fatayat NU setempat tidak hanya mengampanyekan penggunaan bungkus yang ramah lingkungan. Ormas ini juga melakukannya pada saat proses distribusi daging kurban.
Menurut Ketua Fatayat NU Bawean Rafiah, pihaknya menggunakan daun jati, daun pisang, dan besek bambu untuk wadah daging kurban. Setelah itu, bungkusan yang siap dibagi-bagi ini dimasukkan ke dalam tas kertas.
Rafiah mengatakan, penggunaan daun dan tas kertas itu menjadi salah satu upaya untuk mengurangi sampah plastik. Hal ini juga dilakukan sekaligus untuk mengikuti anjuran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik.
"Dari DLH Kabupaten Gresik ada ajakan untuk berkurban ramah lingkungan dan dilanjutkan oleh Pimpinan Cabang Fatayat NU Bawean yang komitmen dengan upaya menciptakan lingkungan zero waste. Jadi, kami memulainya lebih dulu," kata Rafiah, seperti dilansir Republika dari laman NU Online, Selasa (18/6/2024).
Pada penyaluran daging kurban tahun ini, lanjut Rafiah, pihaknya membantu pengemasan sebanyak 58 kilogram daging. Setelah dibungkus dengan daun jati, daun pisang, atau besek bambu, daging kurban itu lalu dimasukkan ke dalam tas kertas. Selanjutnya, masing-masing siap dibagikan kepada masyarakat di beberapa titik, termasuk Dusun Tanjunganyar, Desa Lebak.
Bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga ....