REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Momen Idul Adha 1445 H menjadi saat-saat yang tepat untuk kita kembali mengingat keteladanan orang-orang terdahulu, khususnya dari keluarga Nabi Ibrahim AS. Seperti diketahui, amalan kurban pada hari raya ini mengambil teladan dari sang Khalilullah, yang begitu taat melaksanakan perintah Allah yakni menyembelih putranya, Ismail AS.
Ketika pedang hampir mengenai leher anaknya itu, Ibrahim AS dihentikan oleh malaikat, yang memberitahukannya bahwa Allah telah meridhai perbuatannya, yakni membenarkan wahyu. Akhirnya, seekor domba menjadi ganti Ismail AS untuk dikorbankan.
Selain bapak dan anak itu, sosok Siti Hajar juga menampilkan keteladanan, terutama dalam hal kesabaran dan ketaatan. Istri kedua Nabi Ibrahim AS itu juga memiliki jiwa tauhid yang kokoh.
Sebelum peristiwa penyembelihan tersebut, Ibrahim AS dan Siti Hajar mengalami ujian lain. Sebuah ujian yang pada akhirnya membuka jalan bagi hidupnya lagi Kota Bakkah (Makkah) dan pembangunan Ka'bah di atas fondasi yang telah Allah tentukan.
Allah menyuruh Ibrahim AS untuk membawa Hajar dan putranya, Ismail AS, yang masih bayi. Keluarga kecil ini pun berangkat dari Negeri Palestina ke arah selatan, demi melaksanakan perintah Illahi.
Ketika itu, Hajar "hanya" mengetahui bahwa suaminya diperintahkan oleh Allah untuk membawanya dan Ismail keluar dari Palestina. Wanita yang juga madu Siti Sarah ini pun taat pada keputusan itu.
Perjalanan panjang mereka lalui dengan penuh kesabaran. Beberapa pekan kemudian, tibalah rombongan kecil ini di sebuah lembah yang tidak ada apa-apa di sana, kecuali hamparan gurun pasir dan terik pancaran sinar matahari yang panas.
Awalnya, Siti Hajar merasa heran tatkala sang suami tiba-tiba berbalik arah. Dari arah langkah kaki Ibrahim, mengertilah Hajar bahwa lelaki itu sedang berjalan pulang, sedangkan ia dan bayinya dibiarkan tetap di lembah nan tandus itu.
Siti Hajar menyeru suaminya, tetapi yang-diseru tetap meneruskan langkah kakinya--tanpa menoleh sedikit pun. Sang istri pun memanggil lagi, sambil berusaha menyusulnya.
"Apakah engkau akan meninggalkan kami berdua di padang pasir yang tandus ini?" katanya.
Ibrahim AS diam, membisu, tak bergeming. Beliau lalu meneruskan langkah kakinya. Akhirnya, Hajar mendapatkan ilham dan mengubah kalimat pertanyaannya.