Ahad 16 Jun 2024 15:44 WIB

Saat Iblis Berusaha Halangi Nabi Ibrahim Berkurban

Allah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim agar menyembelih putranya, Ismail.

Jamaah haji melontar Jumrah selama haji, di Mina dekat kota Mekah, Arab Saudi.  Dahulu, Nabi Ibrahim melempari iblis dengan batu karena makhluk laknat ini hendak halanginya.
Foto:

Berdasarkan riwayat Ibnu Abbas itu dijelaskan bahwa pada tanggal 8 Dzulhijjah Nabi Ibrahim belum menceritakan ihwal mimpinya menyembelih Ismail. Kala itu, sang Khalilullah masih berada di Mina. Ia pun merenungkan tentang mimpinya. Karenanya hari itu juga disebut yaumul tarwiyah, yang sejatinya bermakna 'hari merenung.'

Keesokan harinya, yakni pada 9 Dzulhijjah, Ibrahim AS kembali bermimpi yang sama, yakni menyembelih putranya. Kala itu, ia sedang berwukuf di Padang Arafah. Ibrahim AS baru mengerti dan yakin bahwa mimpi yang dialaminya adalah mimpi yang benar atau wahyu (ru'ya as shodiq). Karenanya, hari itu kelak disebut juga sebagai Yaumul Arafah.

Maka pada tanggal 10 Dzulhijjah, Ibrahim AS pun melaksanakan perintah menyembelih putranya itu. Sejumlah kitab turats menuliskan, lokasi sang Khalilullah ketika akan menyembelih putranya itu berada di sebuah bukit di Mina.

Sementara itu, ketika Ismail hendak disembelih, setan berupaya untuk menggoyahkan keimanan Nabi Ibrahim dan juga putranya tersebut. Akan tetapi, kepercayaan bapak dan anak itu pada Allah tidak tergoyahkan.

Sebelum Ibrahim AS dan putranya sampai di tempat yang dituju, tiba-tiba Iblis datang menggoda sang Khalilullah agar mengurungkan niatnya menyembelih Ismail. Namun, dengan penuh keyakinan dan ketakwaan kepada Allah SWT, Ibrahim AS tetap melaksanakan perintah Tuhannya.

Ia tahu tujuan iblis pada hakikatnya adalah untuk mengajaknya membangkang terhadap perintah Allah. Karena itu, Ibrahim AS kemudian mengambil kerikil dan melempari Iblis  dengan batu-batu kecil itu sebanyak tujuh kali. Inilah yang kemudian menjadi salah satu bagian dari rangkaian haji yang dilakukan umat Islam.

Tak berhasil mempengaruhi Ibrahim, Iblis lalu menghasut istri beliau, yaitu Hajar. Perempuan tersebut diprovokasinya agar mencegah niat sang suami menyembelih putranya. Dalam pikirannya, seorang ibu pasti tak akan tega membiarkan buah hatinya disembelih.

Namun, Hajar menolak karena yakin bahwa suaminya itu sedang melaksanakan perintah Allah. Istri Ibrahim AS ini juga melempari Iblis dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu kemudian dijadikan tempat melempar Jamrah Wusta.

Iblis pun masih berupaya menggagalkan. Ia kemudian mendekati Ismail yang dianggap  masih memiliki keimanan dan ketakwaan yang rapuh. Namun, anak muda ini justru menunjukan mental yang kuat.

Ia melakukan perlawanan pada Iblis. Sebab, dirinya yakin akan perintah Allah SWT kepada ayahnya, Nabi Ibrahim AS. Jadilah keluarga ini--Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail--bersama-sama melempari Iblis dengan batu kerikil. Ini yang kemudian diabadikan menjadi lemparan Jumrah Aqabah.

Hingga ketika Ismail AS berada di lempengan batu dan hendak disembelih oleh Nabi Ibrahim, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor hewan yang besar gemuk. Dalam beberapa riwayat, disebutkan binatang itu adalah kambing gibas yang putih, besar dan bertanduk. Sejak itulah, berkurban menjadi syariat turun temurun hingga kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement