Ahad 16 Jun 2024 14:17 WIB

Kisah Nabi Ibrahim Diperintahkan Allah Sembelih Anaknya

Peristiwa pengorbanan Ibrahim dan Ismail inilah yang menjadi asal mula ibadah kurban.

Kisah Nabi Ibrahim AS (ilustrasi). Dalam sebuah literatur
Foto: www.freepik.com
Kisah Nabi Ibrahim AS (ilustrasi). Dalam sebuah literatur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Ibrahim AS merupakan leluhurnya para utusan Allah. Sebab, sebanyak 19 keturunannya menjadi nabi. Termasuk di antara mereka adalah Rasulullah SAW.

Sebagaimana nama Nabi Muhammad SAW, Ibrahim AS selalu disebut oleh setiap Muslim dalam shalat sehari semalam. Kurban yang dilakukan umat Islam tiap Idul Adha pun berkaitan dengan sebuah peristiwa yang dialami nabi berjulukan "Kekasih Allah" (Khalilullah) itu.

Baca Juga

Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih anak sulungnya, Ismail AS. Kisah tentang ini terdapat dalam Alquran surah as-Saffat ayat ke-99 hingga 113.

Ibrahim saat itu sudah lanjut usia, tetapi belum jua memiliki anak. Karena itu, suami Sarah dan Hajar tersebut berdoa kepada Allah agar Dia mengaruniakan kepadanya buah hati. Doa itu kemudian dikabulkan.

"Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail)" (QS as-Saffat: 101).

Ibrahim AS sangat gembira begitu mengetahui kabar kehamilan istri keduanya, Hajar. Ketika lahir, bayinya itu kemudian dinamakannya Ismail.

Tahun demi tahun berlalu. Ismail pun tumbuh menjadi anak yang kuat, cakap, dan cerdas. Bukan hanya itu, ia dididik untuk menjadi pribadi yang beriman dan taat kepada Allah.

Pada suatu ketika, Ibrahim AS dalam tidurnya bermimpi menyembelih putranya tersebut. Mimpi para nabi adalah wahyu sehingga sang Khalilullah harus melaksanakannya.

"Maka ketika anak itu (Ismail) sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar'" (QS as-Saffat: 102).

Ayat di atas menunjukkan, betapa demokratis dan penuh keikhlasan hubungan antara bapak dan anak itu. Ibrahim tidak seketika menyembelih leher anaknya, tetapi memberitahukan terlebih dahulu wahyu yang Allah sampaikan kepadanya. Di sini, sang Khalilullah memberikan keteladanan tentang komunikasi.

Sementara itu, Ismail AS pun tidak mementingkan egonya. Walau masih muda, ia tidak memberontak dan mendebat apa-apa yang disampaikan ayahnya. Ia bahkan mendukung sang ayah sepenuhnya untuk melakukan segala yang diperintahkan Allah kepadanya.

Keduanya pun sepakat untuk ....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement