Selasa 14 May 2024 05:58 WIB

Benturan dengan Salafi, Apakah Muhammadiyah Anti Seni dan Kesenian Seperti Salafi?

Muhammadiyah memberikan panduan kesenian yang diperbolehkan

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Logo Muhammadiyah. Muhammadiyah memberikan panduan kesenian yang diperbolehkan
Foto:

Namun sekarang ini, ada orang membuat patung bukan untuk disembah, tapi untuk dijadikan alat pendidikan, hiasan dan lainnya, maka apakah hukumnya juga haram? Tentu tidak, karena hukum larangan itu berputar pada illat/ sebabnya. Oleh karena illat-nya (yaitu patung untuk disembah) tidak ada, maka hukumnya (larangannya) juga tidak ada.

Sebagai bukti, Alquran Surat Al-Anbiya (21) Ayat 51-58 secara tegas dan dengan bahasa yang sangat jelas berbicara tentang patung. 

Dalam ayat-ayat ini diuraikan tentang patung-patung yang disembah ayah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Alquran terhadap patung-patung itu, bukan sekedar menolaknya, tetapi merestui penghancurannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَجَعَلَهُمْ جُذٰذًا اِلَّا كَبِيْرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ اِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ 

“Maka Ibrahim menjadikan berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS Al-Anbiya ayat 58)

Dalam ayat di atas diterangkan bahwa Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala kecuali satu yang terbesar. Beliau membiarkan dan tidak menghancurkannya, karena ketika itu berhala tersebut diharapkan dapat berperan sesuai dengan ajaran tauhid. 

Melalui berhala itulah Nabi Ibrahim membuktikan kepada mereka bahwa berhala betapapun besar dan indahnya tidak wajar untuk disembah, karena tidak dapat berbuat apa-apa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قَالَ بَلْ فَعَلَهٗ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوْهُمْ اِنْ كَانُوْا يَنْطِقُوْنَ فَرَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَنْفُسِهِمْ فَقَالُوْٓا اِنَّكُمْ اَنْتُمُ الظّٰلِمُوْنَ ۙ

“Sebenarnya patung yang besar inilah yang melakukannya (penghancuran berhala-berhala itu). Maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat berbicara. Maka mereka kembali kepada kesadaran diri mereka, lalu mereka berkata, Sesungguhnya kami sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri). (QS Al-Anbiya Ayat 63-64)

 

Jadi dengan demikian, Nabi Ibrahim Alahissalam tidak menghancurkan berhala yang terbesar pada saat berhala itu difungsikan untuk satu tujuan yang benar. Jika demikian, yang dipersoalkan bukan berhalanya, tetapi sikap terhadap berhala serta peranan yang diharapkan darinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement