Ahad 05 May 2024 14:03 WIB

Di Hadapan Tokoh Lintas Agama, Kiai Marsudi Ajak Rawat Indonesia dengan Persatuan 

Tokoh lintas agama sepakat untuk merawat dan menjaga NKRI

Tokoh lintas agama sepakat untuk merawat dan menjaga NKRI
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tokoh lintas agama di Indonesia yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai (FPID) melakukan pertemuan di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (4/5/2024). 

Dalam pertemuan itu, para tokoh lintas agama siap mengawal pemerintahan baru hasil Pemilu 2024. Mereka yang hadir yaitu Waketum MUI KH Marsudi Syuhud, Romo Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, PGI Gumar Gultom,  Ketua Umum Dewan Rohanian Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin) XS Budi Santoso  Tanuwibawa 2018-2022, Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Engkus Ruswana, Ketum PHDI Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Permabudhi Piandi, Pimpinan Spiritual Nusantara Romo Sri Eko Galgendu, dan Forum Peduili Indonesia Damai (FPID), Azisoko. 

Baca Juga

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud mengatakan  kumpulnya para pimimpin agama Indonesia ini untuk mencairkan suasana agar hubungan sesama anak bangsa semakin menguat. 

Dalam pertemuan itu, Kiai Marsudi mengatakan, para pimimpin agama memiliki satu kesamaan visi untuk terus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

"Jika ada kurang-kurangnya kita perbaiki, jika masih ada yang belum semua sepakat itu adalah kewajaran yang harus kita jaga," kata Kiai Marsudi. 

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Uchwah ini juga mengimbau agar pihak-pihak yang memiliki pendapat yang berbeda dapat diterima. 

Kiai Marsudi menjelaskan, hal itu karena pendapat yang berbeda merupakan bagian dari kritik. Sementara kritik, merupakan sarana untuk melakukan perbaikan-perbaikan. 

Tetapi, Kiai Marsudi mengingatkan, bahwa kritik itu bukan dengan cara mencaci maki. Menurut Kiai Marsudi, khsususnya dalam dunia politik, ketika terjadi ketidakseimbangan, maka perlu ada yang mengkritik agar bisa menjadi keseimbangan.  

"Siapa saja bisa untuk menyampaikan kritiknya, terhadap pemerintah, siapa saja, termasuk kepada kita," kata dia menegaskan. 

Kiai Marsudi menyampaikan, dalam pertemuan ini, para pemimpin agama di Indonesia sepakat bahwa ajang seperti ini akan menjadi budaya. 

Sebab, kata Kiai Marsudi, ketika melakukan pertemuan seperti ini, suasana akan cair dengan sendirinya. Hal inilah yang diharapkan terjadi kepada para pimpinan  partai dan pimpinan politik di Indonesia agar bisa saling kumpul agar situasi di antara mereka bisa cair. 

"Karena budaya ini sesungguhnya tanpa sadar, gak pakai ngomong pun sudah cair semuanya dalam situasi apapun,” tutur dia.

Ketua Umum Dewan Rohanian Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin) 2018-2022, XS Budi Santoso Tanuwibawa mengatakan, kontestasi Pemilu 2024 telah selesai. 

"Pasti ada suka atau tidak suka. Ada kekecewaan atau tidak. Tapi apapun namanya, negara harus bergerak, kita semua setuju untuk memberi ruang dan kesempatan yang dapat mandat untuk meneruskam kepemimpinan Indonesia yang lebih baik," kata Budi. 

Budi menilai, tidak perlu seluruh pihak dapat dirangkul untuk bisa masuk ke dalam pemerintahan. Budi menjelaskan, untuk berjalannya pemerintahan ke depan dibutuhkam opisisi untuk menjadi penyeimbang atau pengawas pada jalannya pemerintahan yang baru. 

"Tetap diperlukan orang-orang partai maupun pikiran-pikiran yang mampu menyeimbangkan agar kebijakan itu mendapatkan masukan positif agar tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu akan sangat berbahaya," tegasnya. 

Budi mengatakan, dirinya bersama para tokoh lintas agama di Indonesia siap mengawal pemerintahan baru. "Kita semua termasuk tokoh agama, harus berani berdiri di belekang mereka yang mampu menyuarakan suara lain selama suara itu demi kebaikan Indonesia," tuturnya. 

Dalam pertemuan itu, Budi mengungkapkan, para tokoh lintas agama yang hadir juga sepakat akan membawa forum ini secara berkelanjutan. 

"Budaya Halalbihalal selama ini yang terbukti bukan hanya mampu Indonesia selalu selamat dari persoalan-persoalan yang menurut orang Indonesia akan begini-begini, nyatanya tidak, hanya karena forum yang disebut Halal Bihalal," paparnya.

Pihaknya menyebut banyak persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia mulai dari persoalan hukum, etika dan sebagainya. Dalam menanggapi berbagai persoalan, tidak perlu menanggapinya hanya  dengan tudingan-tudingan. 

"Karena ada satu pendapat jangan-jangan ketika kita tidak beretika, ketika diminta untuk untuk mengajukan contoh yang mampu atau punya etika, ternyata tidak ada, termasuk kita sendiri," tuturnya. 

Oleh karena itu, kata Budi, para tokoh lintas agama di Indonesia ini siap mengambil peran untuk membina umat beragamanya agar menjadi umat yang beretika. 

Salah satu aspek yang perlu diperbaiki, menurut Budi, sifat keserakahan manusia yang tidak akan mampu dipenuhi kebutuhannya oleh dunia, karena pada dasarnya, dunia ini mampu memenuhi kebutuhan manusia yang tidak serakah.

"Nah inilah yang perlu kita lakukan sehingga, kita mampu mengedukasi umat masing-masing kata serakah kalau salam bahasa Budha bisa dihilangkan sehingga, kita bisa menjadi kembali ke fitrahnya, manusia Indonesia (yang) gotong royong," ungkapnya. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement