Jumat 03 May 2024 20:26 WIB

Israel Serang Rafah, AWG: Negara Arab dan Islam Harus Berani Lawan

Diperlukan tindakan berani dari negara Arab dan Muslim untuk putus hubungan Israel.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Israel memeriksa peralatan militer saat mereka berkumpul di perbatasan selatan Israel dengan Jalur Gaza, dekat kota Rafah, Palestina, 1 Mei 2024.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel memeriksa peralatan militer saat mereka berkumpul di perbatasan selatan Israel dengan Jalur Gaza, dekat kota Rafah, Palestina, 1 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG) Nur Ikhwan Abadi mengutuk keras tindakan Zionis Israel menyerang Rafah. Di sisi lain, dia menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam untuk berani mengambil sikap kepada Israel.

"Umat Islam harus segera bersatu padu untuk selamatkan Masjid Al Aqsa dan Palestina, jika tidak jangan berharap Gaza Palestina dan Aqsa akan selamat," kata Nur Ikhwan saat dihubungi Republika, Jumat (3/5/2024).

Baca Juga

Dia menilai, diperlukan tindakan berani dari negara-negara Arab dan negara Islam di dunia untuk menghentikan hubungan dengan Israel dan semua negara pendukungnya. Menurut dia, gerakan citizen of world perlu digerakkan di seluruh dunia, demonstrasi bisa dilakukan oleh warga sipil, mahasiswa, buruh, dan semua kalangan untuk mendesak dihentikannya agresi Zionis Israel terhadap Gaza.

Dia juga mengimbau kepada umat Islam untuk segera mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk membantu dan merehabilitasi Gaza sesegera mungkin.

Sebagaimana diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji pada Selasa (30/4/2023), untuk meluncurkan serangan ke kota Rafah di Gaza selatan. Rafah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan ribu orang Palestina dari perang selama hampir 7 bulan.

Netanyahu telah menghadapi tekanan dari mitra pemerintahan nasionalisnya untuk tidak melanjutkan kesepakatan yang mungkin mencegah Israel menyerang Rafah, yang dikatakannya adalah benteng besar terakhir Hamas.

Pemerintahnya bisa terancam jika dia menyetujui kesepakatan karena anggota Kabinet garis keras telah menuntut serangan terhadap Rafah.

Tetapi dengan lebih dari setengah dari 2,3 juta orang Gaza berlindung di sana, komunitas internasional, termasuk sekutu utama Israel Amerika Serikat, telah memperingatkan Israel terhadap serangan apa pun yang membahayakan warga sipil.

Tidak jelas apakah komentar Netanyahu dimaksudkan untuk menenangkan mitra pemerintahannya atau apakah mereka akan memiliki pengaruh pada kesepakatan yang muncul dengan Hamas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement