REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas umat Islam di Indonesia melakukan mudik ke kampung halaman menjelang hari raya Idul Fitri. Mereka bekerja di kota-kota besar atau jauh dari tanah kelahiran, dan menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Di akhir puasa Ramadhan, mereka umumnya melakukan mudik yang membuat jalanan penuh hingga macet.
Lantas, bagaimana jika tetap ingin melaksanakan sholat saat mudik? Sementara, mereka yang mudik menggunakan kendaraan umum tidak bisa bebas berhenti saat waktu sholat tiba. Bahkan yang mudik menggunakan kendaraan pribadi pun tidak semua kebagian rest area yang ada masjidnya.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur menyampaikan petunjuk untuk memudahkan sholat bagi mereka yang mudik.
"Bagi musafir yang dalam perjalanan boleh sholat dilakukan di atas kendaraan yang sedang berjalan, apalagi sholat sunah," kata Gus Fahrur kepada Republika, Kamis (4/4/2024).
Gus Fahrur mengatakan jika pemudik kesulitan mendapatkan air diperbolehkan sholat dengan tayamum, yakni bersuci atau wudhu tanpa menggunakan air. "Bagi musafir yang sedang mudik, sholat boleh dilakukan secara jamak dan qashar, sesuai waktu yang dikehendaki dan kondisi yang lebih memungkinkan," ujar Gus Fahrur.
Gus Fahrur menegaskan, keterangan ini penting dipahami oleh pemudik karena ada kecenderungan pemudik berhenti di rest area secara bersamaan. Padahal, fasilitasnya mungkin sangat terbatas dan berpotensi besar menimbulkan kemacetan.
"Diharapkan agar pemerintah memperbanyak rest area di dalam dan luar tol, untuk istirahat, buang air dan rileks mengurangi kecelakaan," ujar Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi puncak arus mudik Lebaran 2024 akan terjadi pada 8 April 2024 dan puncak arus balik berada di tanggal 14 April 2024. Berdasarkan survey Kemenhub sebanyak 71,7 persen warga Indonesia atau 193 juta orang akan mudik Lebaran 2024.