"Melanjutkan tekanan militer adalah syarat yang diperlukan untuk membebaskan para sandera," tambahnya.
Israel memulai serangan militernya setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 253 lainnya.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan hingga Rabu kemarin setidaknya 27.585 warga Palestina dikonfirmasi tewas dalam serangan Israel. Sementara ribuan lainnya dikhawatirkan tertimbun di bawah reruntuhan.
Dalam satu-satunya gencatan senjata yang berlangsung selama satu minggu pada akhir November, Hamas membebaskan 110 sandera dibebaskan dan Israel membebaskan 240 tahanan Palestina.
Masyarakat Israel menekan Netanyahu untuk bekerja sama dengan para mediator internasional demi mencapai kesepakatan di Gaza.
Dalam jajak pendapat yang dirilis lembaga think-tank non-partisan, Israel Democracy Institute, pekan ini, menemukan 51 persen responden percaya pembebasan para sandera seharusnya menjadi tujuan utama perang. Sementara 36 persen mengatakan tujuan utama perang ini adalah untuk menggulingkan Hamas.
Washington menjadikan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata sebagai bagian dari rencana penyelesaian konflik Timur Tengah yang lebih luas, yang pada akhirnya mengarah pada rekonsiliasi antara Israel dan negara-negara tetangga Arab dan pembentukan negara Palestina.
Netanyahu menolak Negara Palestina. Arab Saudi menjadikan pendirian negara Palestina sebagai syarat normalisasi hubungan dengan Israel.