Jumat 19 Jan 2024 15:50 WIB

Arab Saudi: Palestina Merdeka, Normalisasi dengan Israel Kemudian

Saudi belum menempatkan normalisasi sebagai inti kebijakannya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
 Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud berbicara pada pertemuan dengan delegasi Cina, Yordania, Mesir, Indonesia, Palestina, dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Foto: EPA-EFE/FLORENCE LO
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud berbicara pada pertemuan dengan delegasi Cina, Yordania, Mesir, Indonesia, Palestina, dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS – Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS) Putri Reema binti Bandar mengatakan, negaranya tidak akan melanjutkan pembicaraan tentang normalisasi diplomatik dengan Israel. Pembicaraan itu hanya dapat dilanjutkan jika perang di Jalur Gaza dihentikan.

“Saya pikir hal yang paling penting untuk disadari adalah Saudi belum menempatkan normalisasi sebagai inti kebijakannya. Hal ini menempatkan perdamaian dan kemakmuran sebagai inti kebijakannya,” kata Putri Reema pada panel di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Kamis (18/1/2024), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Dia menekankan, posisi Saudi terkait isu tersebut sudah jelas. “Ketika terjadi kekerasan di lapangan dan pembunuhan masih terjadi, kita tidak dapat membicarakannya normalisasi diplomatik dengan Israel, pada hari berikutnya,” ucapnya.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, negaranya siap mengakui eksistensi Israel jika Palestina menjadi negara merdeka. Menurutnya, kemerdekaan Palestina akan membuka jalan bagi terciptanya perdamaian di kawasan.

“Kami sepakat perdamaian regional mencakup perdamaian bagi Israel. Namun hal itu hanya dapat terjadi melalui perdamaian bagi Palestina melalui negara Palestina,” kata Pangeran Faisal saat berpartisipasi dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia, Selasa (16/1/2024).

Ketika ditanya apakah Arab Saudi akan mengakui Israel sebagai bagian dari perjanjian politik yang lebih luas, Pangeran Faisal menjawab, “Tentu saja.” Dia menambahkan, menjaga perdamaian regional melalui pembentukan negara Palestina adalah sesuatu yang sudah Saudi kerjakan bersama pemerintah AS. “Dan ini lebih relevan dalam konteks Gaza,” ujarnya.

Pangeran Faisal mengatakan, ada jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi kawasan, bagi Palestina, dan bagi Israel, yaitu perdamaian. Dia menegaskan, Saudi berkomitmen penuh untuk mewujudkan hal tersebut. “Gencatan senjata di semua pihak harus menjadi titik awal bagi perdamaian permanen dan berkelanjutan, yang hanya dapat terjadi melalui keadilan bagi rakyat Palestina,” ucap Pangeran Faisal.

Dalam wawancara radio dengan BBC pada 9 Januari 2024 lalu, Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris Pangeran Khalid bin Bandar mengungkapkan, negaranya sudah hampir menyepakati normalisasi diplomatik dengan Israel sebelum pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. “(Kesepakatan normalisasi) sudah dekat, tidak ada keraguan,” ujarnya.

Namun, Pangeran Khalid mengatakan, negaranya menghentikan pembicaraan normalisasi yang dimediasi AS setelah pecahnya perang di Gaza. Kendati demikian, Pangeran Khalid menyebut Saudi masih yakin untuk membangun hubungan dengan Israel meski jumlah korban akibat perang di Gaza sangat menyedihkan.

Pangeran Khalid meyakinkan, normalisasi dengan Tel Aviv tidak akan mengorbankan rakyat Palestina. “Jadi meskipun kami masih percaya pada normalisasi, hal ini tidak akan merugikan rakyat Palestina,” ucapnya.

Dia menekankan, meski terdapat minat dari para pemimpin negaranya untuk membangun hubungan resmi dengan Israel, Saudi akan tetap mendukung kemerdekaan Palestina. “Kami hampir mencapai normalisasi, oleh karena itu dekat dengan negara Palestina. Yang satu tidak akan terjadi tanpa yang lain. Urutannya, bagaimana pengelolaannya, itulah yang sedang dibahas,” kata Pangeran Khalid.

Pada 8 Januari 2024 lalu, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman menerima kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di AlUla. Selain membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza, Blinken menyebut dia dan Pangeran MBS turut membahas perihal potensi normalisasi diplomatik Saudi-Israel.

Dalam sambutannya kepada pers, Blinken mengatakan, topik tentang normalisasi diplomatik dengan Israel dibahas dalam pertemuannya dengan Pangeran MBS. “Saya dapat memberi tahu Anda hal ini, ada kepentingan yang jelas di sini untuk mencapai hal tersebut (normalisasi Saudi-Israel-red), ada kepentingan yang jelas di kawasan ini untuk mencapai hal tersebut,” ucapnya.

Blinken menambahkan, tapi normalisasi diplomatik Saudi-Israel mengharuskan konflik di Gaza diakhiri, dan hal ini juga jelas memerlukan adanya jalan praktis menuju negara Palestina. Sebelum perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, isu normalisasi diplomatik antara Saudi dan Israel sudah berembus kuat. Pangeran MBS pun telah mengakui secara terbuka tentang adanya pembicaraan mengenai hal itu. 

 

 

 

 

 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement