REPUBLIKA.CO.ID, MAGETAN -- Warga Indonesia selalu antusias mengecam kebiadaban Israel menyerang Palestina. Dengan alasan apapun, kebiadaban semacam itu sama sekali tidak dapat dibenarkan. Terlebih, Israel dibangun dengan cara pendudukan yang mengabaikan nilai kemanusiaan.
Pembantaian yang dilakukan Israel kepada warga Gaza Palestina memasuki 100 hari. Belum ada tanda-tanda aksi genosida tersebut berakhir.
Ketua Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) KH Bachtiar Nasir atau karib disapa UBN mengatakan sejak perang pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023, korban meninggal dunia warga Gaza hampir 30.000 orang. Sementara 70.000 orang mengalami luka-luka.
"Bagi saya makna 100 hari pembantaian atau genosida membuktikan bahwa pembantaian ini terencana, masif dan sangat kejam sekali," ungkap UBN pada Tabligh Akbar Bela Palestina di Magetan, Jawa Timur, Ahad (14/1/2024).
Kemudian, jelas UBN, logistik dan sarana kesehatan luluhlantak akibat serangan Israel. Kondisi diperparah dengan sulitnya bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza hingga hari ini.
UBN menyayangkan sikap dunia internasional yang seakan membiarkan pembantaian itu. "Hari ke-100 ini menunjukkan adanya pembiaran oleh dunia internasional yang katanya ini zaman modern, zaman peradaban," ujar UBN.
Kendati demikian, menurut UBN situasi ini dapat menguatkan semangat perlawanan kepada bangsa atau negara yang pro penjajah Israel. Negara-negara yang masih memiliki rasa kemanusiaan dan anti penjajah akan bersatu melawan negara-negara yang pro penjajah.
Bagi seorang Muslim, lanjut UBN, kondisi yang dialami Gaza sejatinya keyakinan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala akan datangnya kemenangan dan kemerdekaan Palestina.
"Kemenangan pasti datang karena kebenaran tak pernah menghianati kemenangan. Kemenangan adalah milik kebenaran dan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menolong kita semua," ungkap UBN