REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gemerlap kehidupan menyilaukan banyak orang, sehingga mereka mengabaikan pola hidup sederhana. Yang dipilih adalah kehidupan yang memaksakan diri tampil mewah sehingga gagal berempati terhadap orang lain yang lebih membutuhkan pertolongan.
Tren gaya hidup hedon atau bermewah-mewahan kerap ditampilkan oleh publik figur. Mereka sering kali mem-posting kegiatan-kegiatan yang tidak menampilkan hidup sederhana.
Tren ini sangat bertolak belakang pada budaya Indonesia yang menjunjung tinggi etika dan moral. Etika dan moral yang selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia yaitu hidup sederhana dan tidak menampilkannya di depan publik.
Bahkan, tokoh agama Romo Benny Susetyo mengatakan sikap hedonisme justru menunjukkan pelakunya tidak memiliki rasa percaya diri.
Dia juga menyarankan media untuk tidak mengekspos gaya hidup figur publik yang hedon agar tidak diikuti oleh para penontonnya.
“Sebenarnya, kalau kita memamerkan kekayaan menunjukkan tidak memiliki kepercayaan diri, kalau orang punya kemampuan diri. Memamerkan kekayaan ini sebenarnya tidak perlu dan tidak bijaksana. Itu suatu yang tidak elok juga,” kata Romo Benny kepada media di Jakarta, Selasa (19/12/2023).
Terlebih menurut Romo, memamerkan harta kekayaan justru akan mengundang tindak pencurian. Karena akan menjadi sasaran oleh pencuri.
“Bukan hanya itu, orang lain juga akan memanfaatkan hal itu, seperti jadi sasaran pencuri juga. Gaya hidup hedonisme dan pamer-pamer mengundang bahaya pencurian. Kalau ada masalah-masalah itu jangan salahkan, karena Anda sendiri yang menunjukkan harta benda Anda sendiri,” ucapnya.
“Orang itu yang lebih penting memberikan sesuatu yang baik kepada rakyat kecil, jangan sekadar pamer-pamer,” kata Romo Benny.
Sorotan lain juga disampaikan pihak MUI. Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan mengatakan sungguh prihatin dengan kondisi, yakni figur publik justru menampakkan kemewahan di tengah-tengah kondisi umat yang masih membutuhkan.
"Prihatin karena di tengah kondisi bangsa tengah membutuhkan hidup sederhana agar bisa berbagi kepada saudara kita yang kurang betuntung," ucapnya saat dihubungi, Selasa (19/12).
Terlebih, gaya hidup yang sering kali ditampakkan oleh publik figur dengan bepergian ke bar-bar dan diskotik kerap diikuti oleh masyarakat.
Dalam hal ini, Buya Amirsyah mengatakan tempat-tempat tersebut harus ditutup agar mencegah adanya kerusakan.
"Dampaknya lebih negatif maka harus dicegah dengan ungkapan Dar'ul Mafasid Muqaddamun 'ala Jalbi Masholih artinya mencegah kerusakan lebih utama daripada mengambil kemaslahatan," katanya.
Selain menutup tempat-tempat yang berpotensi menyebabkan adanya kerusakan. Kyai Amirsyah menyarankan kepada figur publik untuk segera meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut dan lebih peduli kepada sesama.
"Perlu gerakan bersama untuk menciptakan kesadaran hidup berbagi agar peduli sesama. Kesalehan pribadi untuk kesalehan sosial guna mengakhiri pola hidup hedon," katanya.