Jumat 15 Dec 2023 19:13 WIB

Masalah Ekonomi Kerap Picu Bunuh Diri, Begini Pandangan Aisyiyah

Banyak individu sekarang menginginkan segala sesuatu dengan cara instan.

Rep: Febrian Fachri / Red: Gita Amanda
Masalah ekonomi kerap menjadi pemicu persoalan di dalam keluarga termasuk bunuh diri. (ilustrasi)
Foto: Max Pixel
Masalah ekonomi kerap menjadi pemicu persoalan di dalam keluarga termasuk bunuh diri. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Salmah Orbaniyah, mengatakan masalah ekonomi kerap menjadi pemicu persoalan di dalam keluarga. Terkadang ada anggota keluarga yang tidak puas dengan pendapatan yang ia peroleh atau ada anak atau istri yang menuntut gaya hidup melebihi income keluarga.

"Masalah ekonomi sekarang ini memang dapat memicu. Padahal, masalah banyak atau sedikit rezeki itu tergantung seseorang menyikapinya," kata Salmah, kepada Republika, Jumat (15/12/2023).

Baca Juga

Dalam perspektif Islam, menurut Salmah, memang seseorang tidak boleh hanya pasrah menerima begitu saja takdir rezeki yang ia dapatkan. Rezeki yang sudah diatur oleh Allah SWT juga harus disiasati dengan jemput bola. Caranya dengan ikhtiar dan berdoa. Sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan dan memberi keberkahan buat kelanjutan hidup.

Tapi kebanyakan yang terjadi dan sampai berimbas kepada tindak kekerasan di dalam keluarga menurut Salmah adalah tidak puas dengan pendapatan, lalu emosi dan melampiaskan kepada anggota keluarga. Persoalan lalu semakin parah karena adanya keinginan mendapatkan rejeki dalam jumlah lebih seperti yang orang-orang di sekitarnya dapatkan.

"Rezeki setiap manusia itu tidak sama dari segi jumlah. Kita harus melihat dari sisi keberkahannya. Berkah itu adalah cukup dan terus tumbuh. Karena kalau rezeki itu berkah, Allah akan menambah lagi," ujar Salmah.  

Pada era kemajuan teknologi menurut Salmah, banyak individu sekarang menginginkan segala sesuatu dengan cara instan. Mereka ingin memenuhi keinginan tanpa harus bersabar mengikuti proses. Sehingga begitu keinginan tidak tercapai, akan menjadi tekanan sosial.

"Tekanan itu kemudian menjadi persoalan karena membuat hilangnya keharmonisan di dalam keluarga," kata Salmah menambahkan. 

Akhir-akhir ini kerap mencuat ke publik fenomena bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga sampai pembunuhan terhadap anggota keluarga. Seperti ayah di Jagakarsa tega membunuh empat anak hanya gara-gara sakit hati kepada istri. Lalu, ada juga kasus calon pengantin bunuh diri di Padang karena adanya persoalan dengan calon suaminya. Yang terbaru adalah kejadian bunuh diri seorang mahasiswa di Universitas Brawijaya, Malang.

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement