REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Antropologi Sosial Universitas Amsterdam Laurens Bakker pernah menulis tentang awal mula kemunculan Brigade Manguni Indonesia (BMI) atau ada juga yang menyebutnya sebagai Laskar Manguni.
Tulisan Bakker didasarkan pada penelitian lapangan yang dilakukan antara tahun 2004 dan 2015. Objek penelitian tidak hanya Brigade Manguni, tetapi juga ormas-ormas lain yang berbasis pada kedaerahan.
Bakker mengenal berbagai organisasi Dayak selama melakukan penelitian lapangan untuk tesis PhD-nya di Kalimantan Timur antara tahun 2004 dan 2007. Melalui mereka, Bakker bertemu Brigade Manguni di Kalimantan Timur dan Minahasa.
Penelitian tersebut dimuat dalam jurnal The Humanities and Social Sciences of Southeast Asia and Oceania, dengan judul Organized Violence and the State: Evolving Vigilantism in Indonesia.
Bakker menjelaskan Brigade Manguni didirikan di wilayah Minahasa, Sulawesi Utara, pada tahun 2000, sebagai reaksi terhadap kemungkinan invasi wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen oleh para pejuang Laskar Jihad Islam (Milisi Perang Suci). Hal ini sebagai akibat dari meluasnya pertikaian agama di wilayah tersebut di sekitar Maluku.
"Karena Pangdam terbukti bersimpati terhadap kekhawatiran ini, unsur-unsur Brigade Manguni dilatih sebagai pasukan tambahan militer (Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa, disingkat pamswakarsah), mempelajari teknik tempur bersenjata dan tidak bersenjata, organisasi teritorial, dan strategi," demikian penjelasan Bakker.
Dia juga menyebutkan, seiring berkembangnya peristiwa, Laskar Jihad tidak menyasar Sulawesi Utara tetapi menyeberang ke Poso di Sulawesi Tengah. Rasio Muslim-Kristen lebih seimbang dan ketegangan sudah meningkat.
Sebagai reaksinya, Brigade Manguni...