Jumat 10 Nov 2023 20:45 WIB

Indonesia Kembali Jadi Negara Paling Dermawan di Dunia

Indonesia di peringkat pertama untuk keenam kalinya secara berturut-turut.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah pelajar berdonasi untuk Palestina usai mendengarkan dongeng dari Kak Iman Surahman di Masjid Al-Munawar, Kota Ternate, Maluku Utara, Jumat (3/11/2023). Kegiatan mendongeng tersebut mengangkat tema Indonesia Bercerita dengan mengedukasi kepada para pelajar untuk tetap menghafal Al-Quran dan memberikan cerita tentang perjuangan hidup rakyat Palestina di tengah serangan Israel yang telah mengakibatkan ratusan anak meninggal dunia serta penggalangan donasi kemanusian kepada rakyat Palestina.
Foto:

Persentase warga Indonesia yang berpartisipasi dalam kegiatan kerelawanan juga masih tinggi (61 persen), meski turun 2 persen dibanding tahun 2021 (63 persen). Namun, nilai ini hampir tiga kali lebih besar dari angka rata-rata global (24 persen).

Sementara persentase warga yang menyumbang untuk orang asing berjumlah 61 persen, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya (58 persen) dan angka rata-rata global (60 persen). Menurut Hamid, pencapaian Indonesia ini terbilang mengejutkan mengingat sektor filantropi di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar sepanjang tahun 2022. 

"Ketiga tantangan tersebut adalah menurunnya kepercayaan masyarakat paska penyelewengan dana sosial Aksi Cepat Tanggap (ACT), belum pulihnya kapasitas menyumbang warga setelah Pandemi Covid-19, serta regulasi yang kurang mendukung, bahkan cenderung menghambat kegiatan filantropi di Indonesia," ucap Hamid.

Namun, lanjut dia, kuatnya nilai dan ajaran keagamaan serta tradisi menyumbang yang menjadi penopang utama kegiatan kedermawanan sosial di Indonesia membuat kegiatan filantropi tetap berkembang pesat dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.

“Perkembangan filantropi juga akselerasi oleh berbagai inovasi dan terobosan dalam pengalangan sumbangan, khususnya pemanfaatan platform digital. Perluasan pendayagunaan sumbangan untuk program-program yang strategis dan berorientasi jangka panjang juga membuat masyarakat punya banyak opsi isu atau program yang bisa disumbang,” kata Hamid.

Hamid menjelaskan, kepercayaan donatur terhadap lembaga filantropi paska kasus ACT sempat menurun dan membuat mereka menahan diri untuk menyalurkan sumbangannya lewat lembaga filantropi. Kalaupun tetap menyumbang, masyarakat lebih memilih menyalurkan sumbangannya secara langsung ke penerima manfaat atau kelompok-kelompok terdekat di sekitar mereka. 

"Kondisi ini juga diperparah dengan belum pulihnya kapasitas menyumbang masyarakat karena perekominian yang belum sepenuhnya pulih sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Hal ini terindikasi darimenurunnya jumlah donasi yang diterima oleh berbagai lembaga sosial," jelas dia.

Namun, tambah dia, berkat kampanye yang gencar dan beragam upaya penguatan akuntabilitas yang dikembangkan berbagai lembaga filantropi, kepercayaan publik mulai bertahap pulih. Jumlah sumbangan yang digalang berbagai lembaga sosial dan filantropi kembali meningkat dan capaiannya melebihi tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement