REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka meningkat prestasi siswa dan siswi madrasah, ada tiga aspek yang perlu dipenuhi. Hal tersebut disampaikan Pengamat Pendidikan Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jejen Musfah.
"Madrasah harus memiliki guru profesional termasuk kompetensi digital, fasilitas madrasah harus memadai termasuk fasilitas digital, dan madrasah harus memiliki kepala madrasah yang visioner," kata Jejen kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Jejen mengatakan, ketiga aspek tersebut akan melahirkan proses pembelajaran yang efektif dan berbasis digital atau hybrid. Sehingga orientasinya tidak hanya kurikulum lokal dan nasional, tapi juga global terkhusus perkembangan teknologi di antaranya adalah artificial intelligence in education.
"Pemerintah harus memastikan pemerataan dan mutu madrasah negeri dan swasta sehingga lulusannya rata dalam kompetensi dan daya saing," ujar Jejen.
Jejen juga menyampaikan bahwa rekrutmen guru adalah kunci untuk dapatkan guru profesional. Kemudian perlu juga transformasi fakultas keguruan dan pendidikan profesi guru. Kemudian yang tidak kalah pentingnya, perlu kebijakan standar gaji guru agar pelamar guru adalah sarjana-sarjana terbaik.
Sebelumnya, diberitakan bahwa Kementerian Agama (Kemenag) menggandeng Profesor di Bidang Matematika dan Fisika, Prof Yohanes Surya untuk terapkan model belajar berhitung dengan Metode Gasing (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan) untuk siswa madrasah.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas saat menerima Prof Yohanes di Kantor Kemenag Pusat RI, Lapangan Banteng, Jakarta, pada Selasa (19/9/23).
“Saya rasa ini sangat bagus sekali untuk diterapkan di madrasah. Saya kira perlu segera diterapkan dan tak perlu menunggu lama lagi,” ujar Menag Yaqut usai melihat penerapan metode gasing di berbagai tempat.
Menag Yaqut juga menilai, hal tersebut bisa menjadi solusi bagi Kemenag dalam penerapan pendidikan Matematika di madrasah yang lebih merata dan mengedepankan logika berpikir dibanding hafalan.
Menag Yaqut menjelaskan, saat ini ada sekitar tiga juta anak madrasah yang sedang belajar di kelas 1 sampai 6 sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah. Dengan banyaknya jumlah tersebut, Menag berharap bisa menerapkan metode tersebut selama rentang satu tahun ke depan.